Rabu 11 Mar 2020 09:23 WIB

Kisah Penderitaan Khabab Bin Al-Arat

Khabab bin al-Arat kerap mengalami penyiksaan.

Kisah Penderitaan Khabab bin Al Arat . Foto: Ilustrasi Sahabat Nabi(Mgrol120)
Foto: Mgrol120
Kisah Penderitaan Khabab bin Al Arat . Foto: Ilustrasi Sahabat Nabi(Mgrol120)

REPUBLIKA.CO.ID, Maulana Zakariyya al-Khandahlawi dalam kitab Fadhilah Amal menuliskan, Khabab bin al-Arat RA adalah seorang sahabat yang tubuhnya telah dipenuhi keberkahan karena ia telah mengalami berbagai ujian dan penderitaan di jalan Allah. Pada masa awal Islam, ia telah masuk Islam ketika baru lima hingga enam orang yang telah menerima Islam.

Karena itulah, cukup lama ia bergelut dalam penderitaan. la pernah dipakaikan baju besi, lalu dibaringkan di bawah terik matahari yang sangat panas. Keringat bercucuran dari tubuhnya. Begitu lama ia disiksa di bawah terik matahari hingga daging di punggung mengelupas karena panasnya.

Baca Juga

Khabab bin al-Arat adalah budak milik seorang wanita. Ketika tuannya mengetahui bahwa ia sering menjumpai Nabi Muhammad, ia menghukumnya dengan menusukkan batang besi panas ke punggung Khabab.

Pada masa Khalifah Umar bin Khattab RA, beliau meminta Khabbab menceritakan kembali bagaimana penderitaannya dahulu pada permulaan masuk Islam. Dia menjawab, “Lihatlah punggungku ini!”

Umar pun melihat punggungnya. Begitu melihatnya, beliau berkata, “Saya belum pernah melihat punggung seperti ini.”

Khabbab RA meneruskan, “Saya telah diseret di atas timbunan bara api yang menyala, sampai lemak dan darah yang mengalir dari punggung saya telah memadamkan api tersebut.” Setelah Islam jaya dan pintu-pintu kemenangan telah banyak diraih, Khabab berkata, “Tampaknya Allah SWT telah membalas penderitaan kita. Saya khawatir ini hanya di dunia dan di akhirat nanti kita tidak mendapatkan balasan apa pun.”

Khabbab meriwayatkan, “Suatu ketika Rasulullah SAW mengerjakan shalat lama sekali, tidak seperti biasanya. Lalu, ada seorang sahabat bertanya kepada beliau tentang shalatnya itu.

Nabi SAW menjawab, “Ini adalah shalat yang penuh dengan harap dan takut. Aku telah mengajukan tiga permintaan kepada Allah SWT. Dua di antaranya telah dikabulkan dan satunya ditolak. Aku memohon agar umatku tidak dimusnahkan karena kelaparan, doa ini dikabulkan. Yang kedua, aku meminta agar umatku tidak dihancurkan oleh musuh, dan doa ini pun telah dikabulkan-Nya. Sedangkan, yang ketiga, aku meminta agar jangan terjadi perpecahan di antara umatku, tetapi doa ini tidak dikabulkan-Nya.”

Khabbab wafat pada usia 37 tahun. la adalah sahabat yang pertama kali dikuburkan di Kuffah. Setelah wafatnya, Ali RA pernah melewati kuburnya, dan ia berkata, “Ya Allah, rahmatilah Khabbab. Dengan semangatnya, ia telah memeluk Islam dan ia rela menghabiskan waktunya untuk berhijrah, berjihad, dan menerima segala penderitaan serta musibah. Penuh berkahlah orang yang selalu mengingat hari kiamat, dan selalu bersiap-siap menerima kitab amalnya pada hari hisab, dan ia jalani kehidupan ini dengan menerima apa adanya, dan ia sangat ridha kepada Tuhannya.”

Maulana Zakariyya menjelaskan soal kisah ini. Menurut dia, sebenarnya hanya ridha Ilahi-lah yang menjadi tujuan utama para sahabat RA. "Segala sesuatunya dilakukan semata-mata untuk mendapat keridhaan-Nya."

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement