Rabu 11 Mar 2020 09:07 WIB

Virus Corona Mewabah, Amankah Naik Angkutan Umum?

Belum diketahui secara pasti bagaimana virus corona menyebar.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Pembersihan pesawat untuk menghindari virus corona menyebar, ilustrasi
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Pembersihan pesawat untuk menghindari virus corona menyebar, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Virus corona jenis baru yang menjadi pandemi global dan masih terus menyebar membuat pemerintah di berbagai negara di dunia membatasi perjalanan warga mereka untuk sementara. Tak sedikit para pelancong secara individu yang juga mengambil tindakan pencegahan mereka sendiri.

Dilansir BBC, banyak orang yang bertanya mengenai apakah sebenarnya aman untuk melakukan perjalanan dengan pesawat, kapal, hingga menaiki angkutan umum sebagai bagian dari aktivitas sehari-hari? Hingga hari ini, sebenarnya belum diketahui secara pasti bagaimana virus corona jenis baru menyebar.

Baca Juga

Namun, virus sejenis biasanya ditangkap oleh tubuh saat menghirup tetesan dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi, serta menyentuh permukaan benda yang terkena. Virus corona jenis baru nampaknya tidak berada di udara dengan cara yang sama seperti flu. Jadi, orang harus berhubungan lebih dekat satu sama lain untuk kemungkinan penularan.

Pedoman dari National Health Service (NHS) atau layanan kesehatan masyarakat Inggris  mengenai virus corona adalah kontak dekat, dengan jarak dua meter dari orang yang terinfeksi selama lebih dari 15 menit. Jadi, berbicara mengenai potensi risiko infeksi pada kereta api dan bus tergantung pada seberapa ramai penumang dalam sarana transportasi ini.

Hal itu pun akan bervariasi di berbagai bagian negara dan rute yang berbeda. Di London Underground, di mana ada kepadatan yang sangat tinggi dari orang yang berkerumun di masing-masing gerbong kereta, dalam penelitian sebelumnya dikatakan hubungan antara perjalanan menggunakan sarana transportasi itu dan kemungkinan orang-orang terkena penyakit pernapasan.

Lara Gosce, searing dokter di Institute of Global Health mengatakan dalam penelitian yang diterbitkan pada 2018 bahwa orang-orang yang menggunakan kereta api secara rutin lebih mungkin untuk menderita gejala seperti flu. Terlebih, jika perjalanan memiliki jalur yang berbeda, di mana penumpang harus melakukan transit beberapa kali dalam mencapai tujuan mereka.

“Ini memiliki potensi penyakit mirip influenza yang lebih tinggi, dibandingkan kereta yang melayani penumpang  mencapai tujuan mereka dengan satu perjalanan langsung,” ujar Gosce.

Jika Anda bepergian dengan kereta atau bus yang relatif kosong, risiko Anda akan berbeda. Seberapa baik ventilasi kendaraan dan berapa lama Anda menghabiskan waktu di dalamnya juga akan memainkan peran. Pembersihan dalam sarana transportasi itu pun akan menjadi faktor.

Gosce lebih lanjut mengatakan membatasi jumlah kontak dekat dengan individu dan objek yang berpotensi terinfeksi adalah penting. Ia menyarankan untuk menghindari jam sibuk saat melakukan perjalanan dan sebaiknya penumpang memilih rute yang hanya melibatkan satu alat transportasi.

David Nabarro, penasihat khusus virus corona untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa meski transportasi umum menjadi salah satu yang penting untuk dilihat. Namun bukti menunjukkan bahwa jenis kontak sekilas yang dimiliki orang-orang saat pergi menggunakan kendaraan ini bukan menjadi sumber penularan terpenting.

Selanjutnya adalah bagaimana jika menggunakan pesawat terbang saat Anda berencana pergi ke suatu kota atau wilayah. Ada keyakinan bahwa Anda lebih cenderung sakit di sana karena menghirup udara yang ‘stale’ atau ‘basi’.

Kenyataannya, udara di pesawat justru mungkin lebih baik kualitasnya dibandingkan di ruangan lain, termasuk di kereta maupun bus. Memang orang-orang di pesawat dapat terkesan padat dan berdekatan, di mana ini dapat meningkatkan risiko. Namun, udara di dalamnya juga diubah dengan tingkat yang lebih cepat.

Quingyan Chen, profesor di Universitas Purdue yang mempelajari kualitas udara di sejumlah jenis transportasi umum memperkirakan bahwa udara di pesawat diganti sepenuhnya setiap 2-3 menit, dibandingkan dengan setiap 10-12 menit di gedung dengan pendingin ruangan.

Hal itu karena ketika Anda berada di pesawat, udara yang Anda hirup sedang dibersihkan oleh sesuatu yang disebut filter udara partikulat efisiensi tinggi (Hepa). Sistem ini dapat menangkap partikel yang lebih kecil daripada sistem pendingin udara biasa, termasuk virus.

Filter menghisap udara segar dari luar dan mencampurnya dengan udara yang sudah ada di dalam kabin, yang berarti bahwa pada suatu saat separuh udaranya segar dan sebagian lagi tidak. Banyak sistem pendingin udara biasa hanya mensirkulasi ulang udara yang sama untuk menghemat energi.

Selain menghirup tetesan dari seseorang yang batuk atau bersin, virus corona dapat ditularkan dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi oleh tetesan pada mereka yang terinfeksi, baik itu tangan seseorang atau pegangan pintu. Vicki Hertzberg, dari Emory University di Amerika Serikat (AS), mengambil sampel dari permukaan benda pada 10 penerbangan lintas benua pada 2018 dan menemukan itu tampak seperti ruang tamu Anda.

Dengan kata lain, tidak ada yang menonjol dalam sampel pesawat dibandingkan dengan tes yang telah mereka lakukan di bangunan dan jenis transportasi lainnya. Tetapi sulit untuk menggeneralisasi risiko pada segala bentuk transportasi karena ada berbagai faktor yang menambah atau mengurangi risiko.

Sebagai contoh, pada penerbangan jarak jauh, penumpang mungkin akan bergerak lebih banyak dan jika mereka memiliki virus, risiko penyebaran akan menjadi lebih besar. Pedoman WHO adalah bahwa area risiko tertinggi adalah dua baris di depan, di belakang atau di samping orang yang terinfeksi.

Tetapi selama wabah Sars pada 2002-2003, di pesawat yang membawa satu orang yang terinfeksi, 45 persen dari mereka yang terkena penyakit itu duduk di luar zona dua baris. Saran untuk pencegahan secara umum adalah dengan cuci tangan, bersihkan permukaan jika memungkinkan dan tutup dengan tisu saat bersin dan batuk.

Perhatian utama tentang perjalanan udara adalah bagaimana ia dapat mengangkut orang yang berpotensi menular dari satu bagian dunia ke bagian lainnya. Saat ini, pemerintah Inggris tidak menyarankan untuk tidak menggunakan pesawat, tetapi peringatan secara khusus adalah agar warga sementara tidak melakukan perjalanan ke daerah yang terkena dampak Covid-19 secara besar, seperti Italia dan Provinsi Hubei, di China.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement