Rabu 11 Mar 2020 14:12 WIB

Corona Perburuk Penyakit Pasien Kasus 25 Sebelum Meninggal

Pasien positif corona kasus 25 hari ini diumumkan meninggal dunia.

Petugas memarkir mobil ambulans di samping ruang isolasi RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara, Kamis (5/3/2020).(Antara/Sigid Kurniawan)
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Petugas memarkir mobil ambulans di samping ruang isolasi RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara, Kamis (5/3/2020).(Antara/Sigid Kurniawan)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Amri Amrullah

Pasien positif corona kasus nomor 25 meninggal dunia. Pasien tersebut merupakan seorang perempuan warga negara asing (WNA) berusia 53 tahun yang dilaporkan tertular corona di luar negeri.

Baca Juga

Juru bicara pemerintah penanganan virus corona, Achmad Yurianto, menjelaskan, virus corona tak menjadi penyebab utama meninggalnya pasien positif corona yang dikenal sebagai kasus nomor 25. Ia menyebut, virus corona yang menginfeksi pasien tersebut memperparah kondisi penyakit yang telah diderita sebelumnya.

Sebelum dinyatakan positif corona, pasien ini juga diketahui dalam keadaan sakit berat. Ia dilaporkan juga memiliki penyakit pendahulu di antaranya penyakit diabetes, hipertensi, hipertiroid, dan penyakit paru-paru obstruksi menahun yang telah lama diderita.

"Bukan karena coronavirus sebagai penyebab utama, tapi itu yang memperburuk kondisinya," kata Yurianto saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (11/3).

Menurut Yurianto, virus corona yang diderita pasien memperburuk daya tahan tubuh sehingga memperparah penyakit-penyakit yang diderita sebelumnya. Ia pun menegaskan, tak ada kasus pasien meninggal karena disebabkan oleh virus corona itu sendiri.

"Tidak pernah kita dapatkan meninggal karena coronavirus sendiri. Selalu adalah komplikasi," ujarnya.

Dari beberapa kasus pasien positif corona yang meninggal di beberapa negara, mayoritas dari mereka meninggal karena adanya sepsis atau komplikasi infeksi yang dapat mengancam jiwa. Sepsis disebabkan karena bakteri, bukan karena virus corona itu sendiri.

"Daya tahan tubuh yang jelek inilah yang kemudian bakteri yang semula tidak menimbulkan penyakit akan menjadi oportunis, menjadi masalah dengan tidak bisa dikendalikan populisnya ini yang menjadi masalah dan menjadi sepsis," kata Yurianto.

Pasien kasus nomor 25 ini diketahui meninggal dunia setelah tiga hari dirawat karena dinyatakan positif corona. Menurut Yurianto, pasien kasus nomor 25 meninggal pada Rabu (11/3) dini hari WIB.

"Tadi malam sekitar pukul 02 lewat sedikit. Pasien dengan identitas nomor 25 meninggal dunia," ujar Yurianto.

Per Selasa (10/3), sudah ada 27 pasien positif corona (Covid-19) yang diumumkan pemerintah. Dari jumlah tersebut, ada 12 pasien yang penularannya diketagorikan sebagai imported case alias dibawa dari luar negeri.

Yurianto kemarin juga menginformasikan, dua dari 27 pasien kasus corona menunjukkan perbaikan. Menurut dia, pasien kasus 06 dan pasien kasus 14 telah menjalani pemeriksaan laboratorium lanjutan dengan hasil negatif. Bila keduanya kembali dinyatakan negatif corona dalam tes spesimen dua hari lagi, pasien kasus 06 dan kasus 14 tersebut diperbolehkan pulang untuk menjalani pemulihan dengan isolasi mandiri.

Kasus di DKI

Pada Rabu, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta memperbarui perkembangan pencegahan peredaran virus corona di Jakarta. Terdapat 70 warga yang masuk dalam kategori orang dalam pemantauan (ODP) dan 97 pasien dalam pengawasan (PDP) di Jakarta.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti, mengungkapkan,  menurut data sampai dengan Selasa, 10 Maret pukul 18:00 sore, posko call center masih banyak melayani masyarakat. Setidaknya sudah sebanyak 3.976 orang yang mengakses layanan call center. Kemudian, orang dalam pemantauan atau ODP, yang berjumlah 331 orang, sudah clear atau selesai dipantau.

"Sedangkan, yang masih dalam proses pemantauan sebanyak 70 orang. Jadi, tim kami masih memantau 70 orang. Kemudian, untuk PDP, pasien dalam pengawasan, 97 pasien masih dalam perawatan di rumah sakit," kata Widiastuti dalam konferensi pers kepada wartawan di Balai Kota, Rabu (11/3).

Dinkes memaparkan, saat ini 100 pasien yang sempat dirawat dengan kategori PDP telah selesai dirawat dan sudah pulang. "Mereka sudah dalam kondisi yang sehat," katanya.

Ketua tim tanggap Covid-19 DKI Jakarta Catur Laswanto yang juga Asisten Bidang Kesejahteraan Rakyat (Askesra) DKI Jakarta mengatakan, dalam penanganan pencegahan Covid-19 ini, yang terpenting adalah ini cepat, tetapi bisa meminimalisasi penularan. Karena itu, Gubernur DKI Jakarta mengundang berbagai asosiasi kesehatan.

Langkah ini, kata dia, dilakukan untuk mendapatkan masukan-masukan terkait dengan penanganan Covid-19 di Jakarta, terutama berkaitan dengan bagaimana Pemprov DKI bisa mengatur hal-hal yang berhubungan dengan keramaian. "Karena kita perlu mendapatkan masukan dari mereka, bagaimana perkembangan ataupun penularannya," kata Catur.

Selain itu, seluruh jajaran SKPD (satuan kerja perangkat daerah), jajaran BUMD DKI Jakarta, dan camat maupun lurah memahami betul sense of crisis, yakni perlunya kewaspadaan yang tinggi dan segera mengambil langkah-langkah antisipatif.

photo
Imbauan WHO soal penggunaan masker - (istimewa)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement