REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) Surabaya merawat dua pasien berstatus orang dalam pemantauan (ODP) yang baru datang dari negara yang terjangkit virus corona atau Covid-19.
"Dua pasien berstatus ODP tersebut merupakan orang yang baru berinteraksi dengan orang dari negara terjangkit Covid-19. Selama waktu 14 hari dari kedatangan, muncul gejala demam, batuk dan sesak napas," ujar anggota Tim Satgas Corona RS Unair, dr Alfian Nur Rosyid, Rabu (11/3).
Ia mengungkapkan selama merebaknya Covid-19, RSUA telah merawat sembilan pasien. Sebanyak tujuh pasien di antaranya telah diswap reagen Covid-19 dan dinyatakan negatif.
"Yang dua ini baru masuk dua hari ini, dan baru tadi diswap kemudian dikirim ke Kemenkes. Prosesnya tujuh hari untuk hasilnya," ucapnya.
Alfian memaparkan dua ODP ini merupakan warga Indonesia (WNI), yang rinciannya satu ODP pulang dari Jepang dan diterima melalui crisis center. Sedangkan, satu pasien lainnya baru saja berkontak dengan orang dari luar negeri dan merupakan rujukan dari rumah sakit luar kota.
"Aktivitas dengan orang ini dilakukan di Jakarta dan saat pulang ke Jatim pasien demam serta sesak nafas," ucapnya.
Alfian menjelaskan kedua pasien menunjukkan gejala demam dan batuk berdahak, bahkan saat masuk mereka juga mengeluh sesak napas. "Tetapi sekarang sesak napasnya sudah hilang. Kalau dinyatakan negatif dan gejala klinisnya membaik, maka kami izinkan pulang. Sekarang masih di ruang isolasi," katanya.
RSUA telah bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur untuk memasang tenda di depan instalasi gawat darurat (IGD). Tenda tersebut dimanfaatkan sebagai tempat crisis center RSUA dengan tujuan untuk memilah pasien khusus antara virus corona dan pasien lainnya agar tidak terganggu, serta mengurangi pasien superinfeksi.
"Sementara di crisis center beberapa WNA mulai dari Belanda, China dan sejumlah negara lain. Tetapi mereka statusnya sehat sehingga diizinkan pulang," katanya.
Setiap hari, kata dia, ada 40 sampai 50 pasien yang memeriksakan diri ke crisis center, mulai dari keluhan sakit dengan riwayat kunjungan negara terjangkit, hingga karena panik.