REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri farmasi PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) meningkatkan stok obat hingga 11 bulan ke depan. Hal ini dilakukan sebagai upaya mengantisipasi dampak dari wabaha virus corona jenis baru (COVID-19) di beberapa negara, termasuk China, sebagai negara asal bahan baku obat.
Peningkatan stok tersebut dilakukan lebih panjang dari kondisi normal. Pasalnya, persediaan obat diproduksi hanya mencapai enam hingga tujuh bulan.
“Tadi saya laporkan, jumlah ketersediaan kami untuk obat itu sekitar 10-11 bulan. Semua mulai dari bahan baku, barang setengah jadi, barang yang ada di outlet itu ada untuk 10-11 bulan,” kata Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) Vidjongtius di Cikarang, Bekasi, Rabu (11/3).
Vidjongtius menyampaikan bahwa Kalbe meningkatkan produksi obat 10-20 persen untuk memperbanyak stok dalam mengantisipasi COVID-19. Terkait kebutuhan bahan baku impor asal China, ia memaparkan bahwa awalnya Kalbe sempat merasa khawatir.
Pasalnya, proses produksi bahan obat di China tutup pada awal Februari. Namun, pada dua pekan terakhir, kekhawatiran tersebut mulai sirna karena sebagian besar pabrik di China mulai kembali beroperasi.
“Memang kalau dulu awal Februari mereka tutup semua, makanya kami was-was. Tapi, terakhir kami lihat mereka mulai kembali beroperasi, mulai berproduksi dan pengiriman juga mulai dilakukan,” ungkap Vidjongtius.
Kendati demikian, ia menyampaikan bahwa perusahaan tetap mewaspadai berbagai kondisi yang kemungkinan terjadi di tengah tantangan menghadapi COVID-19.
“Sekarang kami agak sedikit lega, tapi kami tetap waspada,” pungkasnya.