REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anjloknya harga minyak ke angka 35,79 dolar AS per barel pada Selasa (10/3), kemarin memaksa investor hulu migas mengencangkan ikat pinggang. Meski memang anjloknya harga minyak bukan dirasakan perusahaan migas baru baru ini, namun sejak 2015 silam.
Direktur Eksekutif Indonesia Petroleum Association (IPA), Marjolijn Wajong menjelaskan dampak dari anjloknya harga minyak dunia pada tahun 2015 masih terasa sampai sekarang dan industri migas Indonesia belum pulih seutuhnya. Dengan adanya kondisi harga minyak kembali rendah, maka industri akan semakin terpukul.
IPA kata dia akan menggelar pertemuan dengan pemerintah untuk segera membahas penurunan harga minyak dunia serta langkah apa yang bisa disepakati serta usulan-usulan insentif kepada pemerintah. "Itu akan kita bicarakan dengan pemerintah," kata Marjolijn di Gedung SKK Migas, Rabu (11/3).
Sambil menunggu saat ini perusahaan yang beroperasi di Indonesia kata Marjolijn akan semakin mengetatkan ikat pinggang guna meningkatkan efisiensi. Dia juga menegaskan pemilihan pembiayan pekerjaan akan sangat selektif.
"Kita sekarang ini berhati-hati sambil lihat, kita nggak tahu berapa lama (harga minyak rendah), jadi kita hati-hati pengeluaran mana yang benar-benar, tapi yang udah komitmen tetap kita lakukan tapi berhati-hati, kita lagi kerja sama mau diapain nih, sama pemerintah," jelas Marjolijn.
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement