Kamis 12 Mar 2020 08:55 WIB

Tanggulangi DBD, Dinkes Jabar Pastikan Stok Obat Cukup

Gerakan Jumantik dan pembagian abate salah satu langkah yang dilakukan.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Andi Nur Aminah
Pantauan jentik nyamuk secara berkala yang dilakukan seorang petugas di salah satu kolam kamar mandi warga (ilustrasi)
Foto: Dokumen.
Pantauan jentik nyamuk secara berkala yang dilakukan seorang petugas di salah satu kolam kamar mandi warga (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat (Jabar) sudah mengambil sejumlah langkah untuk menangani dan menanggulangi kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jabar. Menurut Kepala Dinkes Jabar Berli Hamdani, pihaknya bersama Dinkes Kabupaten/Kota melakukan pemantauan jentik secara berkala. Salah satunya dengan mendorong gerakan satu rumah satu pemantau jentik (Jumantik).

"Kemudian, persediaan abate di semua kabupaten/kota cukup untuk dibagikan ke masyarakat. Tapi, memang perlu koordinator di setiap RT untuk menyalurkan abate," ujar Berli di Kota Bandung, Rabu (11/3).

Baca Juga

Berli menjelaskan, abate merupakan obat tabur yang difungsikan sebagai pembasmi telur dan jentik nyamuk. Terutama nyamuk Aedes Aegypti, yang biasanya berada di genangan air terbuka.

Menurut Berli mengatakan, sejak Januari sampai awal Maret 2020, jumlah kasus kematian akibat DBD di Jabar mencapai 15. Sedangkan di 2019, terjadi 49 kasus kematian akibat DBD. Target pelayanan DBD Dinkes se-Jabar ke depan adalah menghilangkan kematian akibat DBD ini.

Untuk menanggulangi hal tersebut, kata dia, Dinkes Jabar memastikan persediaan stok obat-obatan, termasuk infus, di semua fasilitas kesehatan. "Semua obat-obatan tersedia dan lengkap, termasuk infus. Infus ini dapat menangani penderita DBD yang mengalami shock," kata Berli.

Berli pun memastikan, semua fasilitas kesehatan di Jabar sudah memahami betul protokol dalam melakukan penanganan terhadap penderita DBD. "Tetapi yang sering terjadi adalah keterlambatan mengantar anggota keluarga yang sakit ke fasilitas kesehatan terdekat. Dari 15 kasus kematian itu rata-rata karena keterlambatan," katanya.

Selain itu, Berli mengimbau kepada masyarakat Jabar untuk bergerak dalam mencegah DBD. Seperti melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3 M Plus (menguras, menutup, memanfaatkan tempat yang berpotensi jadi tempat berkembang biak nyamuk).

"Kita berharap masyarakat sudah melakukan gerakan Jumat Bersih atau apapun itu yang dilakukan secara masif dan bersama-sama. Sehingga, bisa menghilangkan tempat nyamuk berkembang biak," katanya.

Termasuk, kata dia, Dinkes Jabar akan membantu kalau harus dilakukan fogging. "Fogging itu dilakukan di tempat yang sudah positif ada virus deague pada darah seseorang, baru dilakukan fogging," katanya. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement