REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagai upaya dilakukan untuk menekan penyebaran virus corona. Para raksasa teknologi China kini tengah mempercepat upaya mereka di bidang teknologi layanan kesehatan menggunakan komputasi awan dan kecerdasan buatan (AI) untuk memerangi virus corona baru.
Salah satu langkah yang telah ditempuh para perusahaan teknologi adalah mening katkan dukungan keperawatan kesehatan. Alibaba yang menjalankan beberapa platform perdagangan elektronik (e-commerce) terbesar di China memanfaatkan bisnis komputasi awan (cloud computing) dan jaringan logistik yang dimilikinya.
Sementara, Alipay melalui anak perusahaannya, AntFinancial, memperkenalkan beberapa fitur perawatan kesehatan. Pada Januari lalu Alibaba meluncurkan layanan klinik daring pada aplikasi Alipay dan Taobao untuk pengguna di Provinsi Hubei.
Layanan itu memungkinkan orang melakukan konsultasi daring dengan dokter. Layanan ini kemudian diperluas juga untuk membantu para penduduk di Beijing. Pada Februari lalu Alibaba juga meluncurkan layanan pengiriman obat untuk orang-orang yang memerlukan obatobatan penyakit kronis.
Layanan pengiriman obat ini muncul ketika rumah sakit terbebani dengan kasus Covid-19 yang memerlukan perawatan segera. Kelompok riset Alibaba juga mengembangkan algoritma kecerdasan buatan baru untuk meng analisis pemindaian tomografi terkomputerasisasi (CT).
Alibaba meyakini, kecerdasan buatan yang dimilikinya dapat mengidentifikasi perbedaan gambar antara pneumonia yang diduga ter infeksi virus korona dengan pneumonia yang tidak terinfeksi virus dalam 20 detik. Seperti yang dilansir dari CNBC, tingkat akurasi algoritma ini mencapai 96 persen.
Algoritma ini pun telah digunakan di 26 rumah sakit 16 provinsi dan kota. Teknologi ini akan tersedia dalam beberapa pekan men datang untuk lebih dari 100 rumah sakit di Cina yang ditunjuk untuk merawat pasien terjangkit korona.
Unit cloud Alibaba ini kemudian digratiskan ke lembaga penelitian global untuk mem bantu mereka mempercepat upaya pengenalan gen yang terkait virus korona. Hal ini diharapkan akan dapat membantu para ilmuwan membuat vaksin lebih cepat.