REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman dikukuhkan sebagai Desa Tangguh Bencana (Destana). Pengukuhan ini dilakukan langsung Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman, Joko Supriyanto mengatakan, mereka telah membentuk sebanyak 58 Destana di Kabupaten Sleman. Ia menargetkan, pada 2020 bisa ada 71 Destana yang tersebar di seluruh Kabupaten Sleman.
Ia menerangkan, dalam pengukuhan di Desa Condongcatur simulasi mitigasi bencana yang dilaksanakan merupakan penanggulangan angin puting beliung. Mereka yang lakukan gladi lapang telah melakukan tujuh rapat koordinasi.
"Dilanjutkan dengan gladi bersih yang diikuti 60 orang, kemudian gladi lapang diikuti 200 orang," kata Joko di Lapangan Ganjuran, Kamis (12/3).
Pengukuhan disaksikan Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun, yang menekankan upaya-upaya penanggulangan bencana jelas tidak cukup dilakukan pemerintah saja. Ia menegaskan, harus ada partisipasi masyarakat.
Untuk itu, melalui pengukuhan Desa Tangguh Bencana seperti ini, ia berharap masyarakat memiliki keterampilan dan pengetahuan. Utamanya, terkait upaya-upaya mitigasi bencana jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
"Terlebih, Kabupaten Sleman memiliki sejumlah ancaman bencana alam, seperti erupsi Gunung Merapi, banjir, tanah longsor, angin kencang, gempa bumi dan lain sebagainya," ujar Sri.
Sri menambahkan, hingga Februari 2020 ini saja sudah ada 30 kejadian angin kencang dengan jumlah kerugian mencapai Rp 179.750.000. Lalu, mengakibatkan satu orang meninggal, dua orang luka berat dan tujuh orang luka ringan.
Selain itu, terdapat setidaknya delapan kejadian bencana tanah lonsor. Dari sana, jumlah korban mengungsi sebanyak tujuh orang dan mengakibatkan jumlah kerugian sebanyak Rp 265 juta.
"Bencana lainnya yakni petir dengan dengan jumlah kerugian Rp 800 juta," kata Sri.