Kamis 12 Mar 2020 15:23 WIB

15 Warga Jatim Meninggal Akibat DBD 

6 orang meninggal pada Januari, dan 9 meninggal Februari.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ratna Puspita
[ilustrasi] Pasien demam berdarah dengue menjalani perawatan.
Foto: Antara/Syaiful Arif
[ilustrasi] Pasien demam berdarah dengue menjalani perawatan.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Herlin Ferliana mengungkapkan sepanjang Janiari hingga Februari 2020, ada 1.759 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah setempat. Rinciannya, 948 kasus terjadi pada Februari dan 811 kasus terjadi pada Januari 2020. 

Ribuan kasus tersebut mengakibatkan meninggalnya 15 pasien DBD. "Enam orang meninggal dunia pada Januari, dan sembilan orang meninggal pada Februari," ujar Herlin di Surabaya, Kamis (12/3).

Baca Juga

Herlin kemudian merinci kasus DBD di Jatim, yang terjadi pada Januari hingga Februari 2020. Kabupaten Malang masih menjadi yang tertinggi dengan catatan 218 kasus. Kemudian di Kabupaten Pacitan 208 kasus, Kabupaten Trenggalek 166 kasus, Kabupaten Kediri 100 kasus, dan Kabupaten Probolinggo 97 kasus.

Herlin melanjutkan, catatan kasus DBD tersebut meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai 1.634 kasus. Namun, untuk catatan pasien meninggal dunia memgalami penurunan. Tahun lalu, kata dia, pada Januari-Februari ada 32 pasien DBD di Jatim meninggal.

Kendati demikian, Herlin menegaskan, kasus DBD tetap harus menjadi kewaspadaan, mengingat catatan di 2019 masih tinggi. "Jumlah penderita DBD tahun 2019 sebanyak 18.393 orang, dengan kematian sebanyak 185 orang," ujar Herlin.

Herlin mengatakan, Dinkes Jatim terus melakukan berbagai upaya antisipasi menekan kasus DBD. Salah satunya lewat program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui gerakan satu rumah satu jumantik. 

Selain itu, Dinkes Jatim sudah menyiapkan petugas, sarana, dan prasarana, serta adekuat fasilitas pelayanan kesehatan di semua wilayah di Jatim. Herlin pun meminta peran aktif masyarakat dalam mengantisipasi penyakit DBD tersebut. 

Menurutnya, masyarakat juga bisa memakai obat pembasmi nyamuk, mengusap lotion antinyamuk, membakar obat nyamuk, atau menabur bubuk abate di wadah yang bisa menjadi tempat nyamuk berkembang biak. "Kami imbau masyarakat lebih peduli pada lingkungan, dengan membersihkan tempat-tempat kotor dan kumuh, menggalakkan program menguras, mengubur, dan menutup (3M) wadah yang berpotensi jadi sarang nyamuk," kata Herlin.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement