REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki dan Rusia sebagian besar telah mencapai kesepakatan mengenai perincian gencatan senjata di wilayah Idlib, Suriah. Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan pasukan tetap akan bertahan meski perbincangan di Ankara berjalan lancar, Kamis (12/3).
"Pasukan kami telah diperintahkan untuk bertindak sesuai arahan jika gencatan senjata dilanggar dan serangan berlanjut," ujar Akar dikutip dari Anadolu Agency.
Pembicaraan dengan Rusia masih berlangsung, sebab itu pasukan Turki tetap akan bertahan di Idlib. Keputusan ini menimbang kemungkinan gencatan senjata yang bisa sewaktu-waktu dilanggar oleh Rusia.
Akar menegaskan, Turki menolak klaim yang menyatakan pasukan militer negara tersebut menarik diri dari wilayah barat laut Suriah. Mereka akan tetap bertahan meski banyak kesepakatan yang telah dibicarakan seputar konflik yang berlangsung.
"Semua orang siap setiap saat ... Kami akan terus memulai kembali di tempat kami tinggalkan dan melukai mereka [pasukan Bashar al-Assad]," kata Akar.
Pekan lalu, Turki dan Rusia menyetujui gencatan senjata yang dimaksudkan untuk menghentikan peningkatan kekerasan di Idlib. Delegasi Rusia tiba di Ankara pekan ini untuk membahas rincian termasuk koridor keamanan dan patroli bersama di jalan raya utama M4.
Sebanyak 34 personel pasukan Turki meninggal dunia akibat serangan pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad yang didukung pasukan dari Rusia pada bulan lalu. Turki pun melakukan balasan dengan meluncurkan Operation Spring Shield di Idlib untuk mencegah serangan lebih lanjut terhadap pasukan Turki.