REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bicara soal Prabu Siliwangi berarti bicara mengenai Tanah Sunda. Tokoh sentral dalam sejarah Sunda ini banyak diteliti, termasuk aspek keluarga serta keyakinan yang dianut untuk mengukur seberapa jauh pengaruhnya terhadap penyebaran Islam di tanah Pasundan.
Dalam buku "Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam" di Indonesia karya Hasan Muarif Ambary disebutkan, terdapat sumber naskah Cirebon misalnya Babad Cirebon yang mengungkapkan hal tersebut.
Naskah itu diteliti dan diterbitkan Rinkes dan JC Brandes. Di Jawa Barat, dalam penelitian Rinkes dan JC Brandes soal Babad Cirebon disebutkan, terdapat dua tempat penting yang menjadi pusat penyebaran Islam ke Jawa Barat.
Kedua wilayah itu adalah Kuro (Karawang) dan Gunung Jati (Pasambangan), Cirebon. Jika dirunut secara kronologis, daerah Kuro berfungsi sebagai pusat penyebaran Islam lebih awal jika dibandingkan dengan wilayah Gunung Jati.
Pesantren Kuro yang dipimpin Syekh Hasanuddin kala itu telah berhasil membina dan mengislamkan seorang tokoh wanita Sunda bernama Nyi Subang Larang. Nyi Subang Larang pun dikenal dalam sejarah lantaran menikah dengan Prabu Siliwangi.
Meski Prabu Siliwangi tak ingin masuk Islam, namun anak keturunannya seperti Pangeran Kian Santang dan Putri Rara Santang masuk Islam. Masuknya kedua putra-putri mahkota itu tak lepas dari binaan Syekh Datu Kahfi atau biasa dikenal dengan sebutan Syekh Nurul Jati Cirebon.