Kamis 12 Mar 2020 19:37 WIB

39 Orang Meninggal Terkena DBD di NTT

Korban yang meninggal akibat terlambat dibawa ke rumah sakit.

Sejumlah anak mendapat perawatan medis akibat terserang demam berdarah dengue (DBD) di RSUD TC Hillers, Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, Rabu (11/3/2020).(Antara/Kornelis Kaha)
Foto: Antara/Kornelis Kaha
Sejumlah anak mendapat perawatan medis akibat terserang demam berdarah dengue (DBD) di RSUD TC Hillers, Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, Rabu (11/3/2020).(Antara/Kornelis Kaha)

REPUBLIKA.CO.ID,  MAUMERE -- Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur melaporkan hingga Kamis (12/3) malam pukul 19.00 wita jumlah korban meninggal akibat gigitan nyamuk aedes aegypti atau demam berdarah mencapai 39 orang.

Jumlah kematian korban DBD itu dikumpulkan dari 22 kabupaten/kota yang terhitung sejak Januari hingga Maret.

Baca Juga

"Korban yang meninggal akibat DBD di NTT sampai saat ini sudah mencapai 39 orang," kata Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi NTT David Mandala di Maumere, Kamis.

Menurut dia, selain jumlah korban yang meninggal terus bertambah jumlah kasus DBD di NTT juga terus naik. Sampai dengan saat ini jumlah kasus DBD di NTT telah mencapai 3.284 kasus dibandingkan di hari sebelumnya hanya mencapai 3.222.

"Artinya terjadi kenaikan sebesar 62 kasus DBD di NTT plus satu kasus kematian, " tutur dia.

Lebih lanjut kata dia, dari 32 korban meninggal akibat DBD di NTT, penyumbang terbanyak adalah dari Kabupaten Sikka dengan jumlah korban meninggal mencapai 14 orang.

Jumlah kasus DBD per Kamis (12/3) di Sikka, justru telah meningkat drastis menjadi 1.264 kasus. Padahal di hari yang sama pada pukul 15.00 wita hanya berada pada angka 1.255 kasus.

Urutan kedua ditempati oleh Kota Kupang dengan jumlah mencapai 470 kasus dengan angka kematian mencapai 5 orang. Posisi ketiga ditempati oleh Kabupaten Belu, dengan jumlah kasus mencapai 335 kasus dengan jumlah kasus mencapai empat orang.

"Kalau untuk Belu ada penambahan korban DBD yang meninggal satu orang siang tadi, " tambah dia.

Ia mengatakan semakin meningkatnya jumlah pasien DBD yang meninggal di provinsi itu diakibatkan karena keterlambatan untuk membawa korban ke puskesmas atau RS agar bisa diperiksa.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement