REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India telah memutuskan untuk membatalkan visa yang sudah keluar hingga 15 April. Keputusan ini membuat hotel dan operator perjalanan India memperingatkan pemerintah tentang kemungkinan industri wisata akan sangat terpukul, Kamis (12/3).
Pemerintah India telah memutuskan untuk membatalkan hampir seluruh visa yang sudah keluar. Keputusan ini merupakan langkah untuk menahan penyebaran virus corona yang sudah teridentifikasi sebanyak 73 kasus di negara tersebut.
Menurut data pemerintah, setiap tahun India didatangi 10 juta wisatawan. Dengan adanya kasus virus corona, angka tersebut diprediksi akan sulit tercapai, terlebih dengan pembatalan-pembatalan perjalanan dan penginapan.
CEO Federasi Perhotelan dan Pariwisata Rajasthan, Rachna Singh, mengatakan, sebagian besar dari wisatawan yang telah memesan untuk datang bulan depan telah membatalkan pesanannya. Padahal, di Negara Bagian Rajasthan, sebanyak empat dari 10 warganya bergantung pada industri wisata.
Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Operator Tur Domestik India Chetan Gupta, turis dan perjalanan bisnis telah turun tajam tahun ini, tetapi larangan visa akan membuat aktivitas menjadi terendah sepanjang masa. "Semua anggota kami menderita saat ini. Tidak ada yang punya bisnis sama sekali, masuk, keluar, atau domestik," ujarnya.
Direktur hotel bintang lima Crowne Plaza di Kochi, Sooraj Nair, mengatakan, pemesanan telah merosot hingga 20 persen. Larangan visa akan menyebabkan krisis di industri perhotelan akan terjadi jika berlanjut selama beberapa bulan.
Harga saham maskapai penerbangan India juga merosot pada Kamis. Larangan perjalanan mendorong diskon besar-besaran di pasar perjalanan udara yang sudah mengalami kemerosotan.