Jumat 13 Mar 2020 12:57 WIB

Menkes: Opsi Lockdown Belum Ditempuh, Jangan Paranoid

Opsi lockdown atau pengisolasian wilayah belum akan diterapkan di Indonesia.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Esthi Maharani
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto bersiap memberikan keterangan kepada wartawan usai menjau pasien yang diduga terjangkit virus Corona di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta, Senin (2/3).(Republika/Putra M. Akbar)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto bersiap memberikan keterangan kepada wartawan usai menjau pasien yang diduga terjangkit virus Corona di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta, Senin (2/3).(Republika/Putra M. Akbar)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menegaskan, opsi lockdown atau pengisolasian wilayah belum akan diterapkan di Indonesia. Terawan menjelaskan, prioritas pemerintah saat ini adalah melakukan pencegahan dan menekan risiko penularan penyakit oleh virus corona (Covid-19).

"Kalau panic attack itu yang paling menghancurkan imunitas kita, jangan sampai paranoid, takut semua menurunkan imunitas kita, dan itu berbahaya. Teman-teman di negara lain mulai shoot optimistis sehingga imunitasnya naik," kata Terawan usai mendampingi Presiden Jokowi meninjau pembersihan Masjid Istiqlal, Jumat (13/3).

Salah satu upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah adalah kampanye pembersihan tempat ibadah, termasuk masjid. Masjid Istiqlal menjadi pelopor dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19 di tempat ibadah. Per Jumat (13/3) ini, masjid terbesar di Asia Tenggara ini tidak menggunakan karpet untuk seluruh kegiatan ibadah, baik shalat wajib ataupun acara pengajian.

Jamaah pun diperbolehkan membawa sajadah sendiri atau melakukan shalat beralaskan lantai masjid. Pengurus juga melakukan pembersihan ruang shalat utama secara berkala menggunakan disinfektan.

Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menyampaikan, penggulungan karpet masjid dilakukan menyusul kesadaran bahwa alas shalat yang digunakan secara bersama-sama bisa berperan sebagai media penyebaran virus seperti yang terjadi di Malaysia. Apalagi Kerajaan Arab Saudi juga melakukan kebijakan yang sama, yakni menggulung karpet di masjid-masjid besarnya.

"Yang kedua, kami lebih mendetail yang kecil-kecil seperti mikforon kami sterilkan karena setiap pembicara itu lain. Lalu penghitungan uang (infak) kan ada uang Cina, dolar AS, penularan melalui uang juga kami sterilkan, aparat kami bertugas di situ. Kami siapkan antiseptik," ujar Nasaruddin.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement