REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Dampak gempa menyebabkan sejumlah siswa yang sekolahnya rusak terpaksa belajar di kelas darurat atau tenda. Kondisi itu dilakukan agar proses belajar mengajar bisa terus dilakukan.
''Ada beberapa sekolah yg harus belajar di luar kelas atau belajar di kelas darurat atau tenda,'' ujar Kepala Bidang SD, Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, Khusyairin kepada Republika, Jumat (13/3). Hal tersebut dilakukan agar peserta didik agar bisa tetap belajar seperti biasa.
Namun, kata Khusyairin, data sekolah yang rusak masih diverifikasi tim gabungan. Sehingga, datanya bisa akurat untuk langkah perbaikan.
Sebelumnya, data sementara menyebutkan 22 bangunan sekolah yang rusak akibat gempa di Kecamatan Kalapanunggal dan Kabandungan. Di Kecamatan Kabandungan, ada 13 sekolah rusak. Sedangkan, 9 sekolah rusak di Kalapanunggal.
Untuk kegiatan belajar, kata Khusyairin, tetap berjalan bagi sekolah-sekolah yang tingkat kerusakannya ringan dan tidak membahayakan. Sebab, masih ada beberapa ruang kelas yang masih bisa digunakan untuk belajar.
Sedangkan, sekolah yang rusak total dan rusak berat pembelajarannya untuk dua hari ini Kamis dan Jumat (13/3) pembelajaran di luar kelas. Hal itu sambil membersihkan dan menurunkan material yang masih menggantung dan membahayakan serta sambil menunggu kelas darurat.
Khusyairin mengatakan pada Kamis ini akan dilakukan rapat kordinasi lintas perangkat daerah terkait danpak gempa. ''Bangunan yang rusak akan segera diperbaiki dengan berbagai sumber anggaran pemerintah,'' ujar Khusyairin.