REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pembina Aksi Cepat Tanggap (ACT) Syuhelmaidi Syukur, mengatakan selama menjalankan aksi kemanusiaan pihaknya menjalani misi kemanusiaan. Bantuan yang diberikan selalu dalam bentuk kemanusiaan yang profesional dan independen.
"Selama ini, prinsip kami sebagai lembaga kemanusiaan selalu independen di manapun kami mengimplementasikan program," kata Syuhel dalam keterangan pers yang diterima Republika, Jumat (13/3).
Dia mencontohkan, sikap independensi itu terlihat ketika ACT membantu etnis Rohingya, tetapi tidak terlibat dalam konflik politik. Artinya, kata dia, ACT tidak terlibat dalam ranah konflik internal di suatu negara. Hal itu juga termasuk kala ACT melakukan implementasi bantuan kemanusiaan di, New Delhi, India.
"Prinsip kami adalah membantu kemanusiaan merupakan sebuah kewajiban," ujarnya.
Dia menjelaskan, terkait bantuan masyarakat Indonesia ke India, ACT terus berupaya mengantarkan amanah kepedulian bagi jutaan saudara yang mengalami kesusahan, baik yang disebabkan oleh bencana alam, bencana sosial, maupun krisis kemanusiaan. Untuk itu, kata dia, sebagai lembaga kemanusiaan global yang berupaya mengimplementasikan bantuan baik dalam maupun luar negeri, ACT selalu berkoordinasi dengan organisasi resmi.
Hal ini dilakukan, lanjutnya, bertujuan untuk membangun kolaborasi dalam mencari jalan keluar suatu permasalahan di bidang kemanusiaan. "Kami melihat banyak korban yang berjatuhan, keterpanggilan ini kami wujudkan dengan memberikan bantuan secara langsung. Bantuan yang kami berikan pun bersifat emergency," ungkapnya.
Sebelumnya diketahui, ACT memberikan bantuan kepada korban kerusuhan di New Delhi, belum lama ini. Hal itu dilakukan sebagai bentuk kemanusiaan dengan total nilai bantuan sebesar Rp 500 juta. Bantuan tersebut diberikan dalam bentuk santunan bagi para keluarga korban yang ditinggal. Adapun adanya tuduhan pembiayaan kerusuhan sama sekali keliru sebab datangnya bantuan dari ACT hadir ketika kerusuhan telah terjadi dan jam malam sudah dicabut pemerintah New Delhi.
Dia menyebut, secara global bantuan yang ACT berikan kepada para korban sosial-kemanusiaan seperti bantuan santunan, pangan, rumah, kesehatan, dan pendidikan. "Kami pun dalam memberikan bantuan tidak memilah-milah. Hal
ini karena kemanusiaan adalah wilayah yang netral, tidak terbatas SARA dan selalu bekerja sama dengan para mitra terpercaya,” ungkap Syuhel.
Adapun India, lanjut Syuhel, menjadi ranah kemanusiaan yang sejatinya telah ACT pilih sejak dua tahun silam sebagai titik implementasi program kemanusiaan. Sementara untuk respons terhadap konflik kemanusiaan pada Februari lalu, ACT mendistribusikan beragam rupa bantuan.
Berdasarkan catatannya, bantuan tersebut berupa ratusan paket pangan yang masing-masing paket pangan terdiri dari 10 kilogram (kg) tepung gandum utuh, 5 kg beras, gula, minyak goreng, teh, garam, dan bumbu masak.
Kemudian santunan kepada korban dan keluarga korban kerusuhan New Delhi, dan santunan kepada puluhan keluarga penerima adalah keluarga yang rumahnya hancur atau anggota keluarganya menjadi korban kerusuhan tersebut.
Salah satu penerima bantuan menceritakan, kata dia, ada yang rumahnya hancur terbakar setelah diledakkan dengan tabung gas. Adapun penerima bantuan lainnya adalah korban selamat yang saat ini menyintas.
Dia menceritakan bahwa para korban brsama keluarganya kini berada dengan keadaan yang seadanya. Hal tersebut berbeda jauh sebelum kerusuhan terjadi di mana korban memiliki usaha dikawasan Shiv Vihar, Delhi.
Di antara penerima bantuan tunai, ungkap Syuhel, terdapt kriteria tertentu yang berhak menerima bantuan tunai. Kriteria itu antara lain korban yang rumahnya hancur dan hangus, janda yang kehilangan anak, hingga korban yang kehilangan tempat usaha dan mata pencaharian.
"Hingga kini, ACT senantiasa melaporkan semua implementasi program melalui berbagai medium, seperti media sosial, dan publikasi di media massa," pungkasnya.
Dia menambahkan, transparansi dan profesionalitas kerja dilakukan karena cakupan wilayah aksi ACT tidak hanya kasus-kasus konflik di beberapa negara, namun juga selalu membantu masyarakat yang terkena musibah bencana alam di berbagai negara lainnya seperti gempa di Nepal, kekeringan di Afrika, badai topan Bopha di Filipina, hingga yang terjadi di Indonesia. Dari sisi laporan keuangan, ACT menurutnya juga selalu mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 14 tahun berturut-turut sebagai bukti bahwa lembaga kemanusiaan yang kredibel.