Jumat 13 Mar 2020 23:03 WIB

Sumbangan Islam untuk Peraga Tulisan Kalangan Tunanetra

Cedekiawan Muslim memberikan sumbangsih untuk tunanetra.

Seorang murid penyandang tuna netra mengerjakan soal menggunakan alat bantu Braille di SLB ABCD di Jalan Holis, Gang Faqih, Kelurahan Babakan, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung.(Abdan Syakura)
Foto: Abdan Syakura
Seorang murid penyandang tuna netra mengerjakan soal menggunakan alat bantu Braille di SLB ABCD di Jalan Holis, Gang Faqih, Kelurahan Babakan, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung.(Abdan Syakura)

REPUBLIKA.CO.ID, Dunia modern boleh jadi hanya mengenal Louis Braille (1809-1852) sebagai satu-satunya penemu sistem penulisan bagi kalangan tunanetra. Padahal, 600 tahun sebelum Braille, peradaban Islam telah memelopori lahirnya sistem tulisan bagi kaum tunanetra. Sayangnya, terobosan penting yang diciptakan ilmuwan Muslim di abad ke-13 M itu seakan lenyap ditelan zaman.

Adalah profesor Muslim bernama Ali Ibnu Ahmed Ibnu Yusuf Ibnu Al Khizr Al Amidi yang telah merintis penciptaaan sistem penulisan bagi orang buta itu. Sejak terlahir ke dunia, Al Amidi sudah dalam kondisi buta.

Baca Juga

Keterbatasan penglihatan itu tak menyurutkan semangatnya untuk belajar dan terus menggali ilmu. Ilmuwan asal Suriah itu pun termasyhur sebagai ahli hukum dan pakar bahasa asing.

Untuk menggali ilmu dan pengetahuan, Al Amidi berhasil menciptakan sebuah sistem penulisan untuk kaum difabel. Dengan sistem penulisan yang diciptakannya, ilmuwan yang wafat pada 1314 M itu mampu membaca dan menulis buku. Penyandang tunanetra memang dikenal memiliki kemampuan meraba yang sangat luar biasa.

Berkah itu mampu dimanfaatkan Al Amidi untuk menggali ilmu. Dengan kemampuan meraba dan menyentuh itu, dia tak hanya mampu menempatkan dan menyimpan buku pada rak, tetapi Al Amidi juga mampu menentukan nomor halaman sebuah buku. Selain itu, ia juga mampu mengetahui nilai buku dengan menetapkan jarak baris buku.

Sayangnya, jasa dan dedikasi Al Amidi dalam menciptakan sistem penulisan untuk kaum difabel itu seperti hilang ditelan zaman. Sejarah juga seakan melupakan kontribusi tak ternilai yang telah diberikan ilmuwan Muslim itu. Tak hanya adikaryanya yang terkubur zaman, sosok Al Amidi juga nyaris tak pernah disebut-sebut dalam sejarah peradaban Islam.

Sungguh ironis memang. Bahkan dalam hampir seluruh buku sejarah, pun jejaknya sangat sulit untuk ditemukan. Tak heran jika warga dunia hanya mengenal Braille yang berkebangsaan Prancis sebagai penemu huruf Braille. Pada 1824, Braille menciptakan sejenis sistem tulisan sentuh yang khusus digunakan para penyandang tunanetra. Awalnya, sistem penulisan itu dirancang Braille ketika berusia 15 tahun untuk memudahkan tentara membaca di tempat gelap.

Sistem tulisan yang terdiri atas sel yang mempunyai enam titik timbul itu mulai populer dua tahun setelah Braille tutup usia. Sejak itulah, penyandang cacat tunanetra di seantero Prancis mulai menggunakan huruf Braille untuk membaca dan menulis. Huruf Braille terdiri atas 63 karakter. Setiap karakter atau sel terdiri atas enam titik--dua titik mendatar serta tiga titik lainnya menurun.

Titik-titik yang terdapat dalam sel itulah yang kemudian dapat dibaca oleh para tunanetra dengan menggunakan rabaan jari. Pada awalnya, huruf Braille tak mengenal huruf W. Setelah diadopsi sebagai sistem tulisan bagi kaum tunanetra yang universal dalam bahasa Inggris di London pada 1932, huruf Braille terus disempurnakan.

Kini, huruf Braille telah diperkaya dan dapat digunakan untuk membaca nota musik dan matematika. Bahkan, Alquran Braille pun sudah tersedia sejak lama. Kian kayanya fungsi huruf Braille terjadi setelah sistem penulisan itu ditambah dua titik lagi. Sehingga, setiap selnya terdiri atas delapan titik.

Dengan penambahan titik itu, penyandang tunanetra bisa membedakan huruf kapital dengan huruf kecil. Kombinasi delapan titik yang terdapat dalam setiap karakter huruf Braille itu, kini telah disusun dalam standar Unicode. Huruf Braille untuk bahasa Indonesia hampir sama dengan kode huruf Braille

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement