REPUBLIKA.CO.ID, BANJARBARU -- Mudahnya manusia terserang oleh penyakit, baik fisik maupun hati sejatinya semakin menunjukkan bahwa dunia bukanlah tujuan yang patut diperjuangkan.
"Pada masa seperti sekarang, dunia semakin membuka jati dirinya. Betapa dunia rentan dengan wabah penyakit. Jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi secara serampangan juga menjadi sebab datangnya beragam penyakit. Belum lagi kalau bicara status halal dan haramnya. Artinya, apalagi yang dikejar di dunia ini kalau sekedar kesenangan. Semua akan berakhir buruk. Maka lebih baik kalau punya harta perbanyak infak, sedekah, bayar zakat, itulah penyelamat kita dunia dan akhirat," jelas Imam Nawawi.
Ketua Pemuda Hidayatullah itu mengatakan hal tersebut saat menjadi nara sumber dalam seminar bertema "Melejitkan Visi Hidup dengan Penguatan Mindset Surga Menuju Indonesia Maju Bermartabat" di Masjid Al-Aqsho, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Sabtu (14/3).
Penulis buku Mindset Surga itu mendorong kaum muda Indonesia benar-benar hidup sesuai dengan filosofi struktur tubuh manusia itu sendiri.
"Allah menciptakan diri kita ini untuk ibadah dan menjadi khalifah (pemimpin dalam kehidupan) maka hendaklah memfungsikan diri sebaik mungkin. Seperti yang terlihat pada tubuh kita, kepala di atas, indera penglihatan dan pendengaran, serta lisan ada pada kepala. Maka perbanyaklah berpikir, mendengar, melihat dan berbicara yang baik. Bukankah kalau dicek ayat-ayat Alquran sebagian mendorong kita untuk mendengar, melhat, dan berbicara yang baik," ulasnya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Dalam kegiatan yang dimoderatori oleh Mursalin Ukasya itu hadir sebagai peserta beragam unsur pegiat organisasi kepemudaaan di Banjarbaru, kaum ibu dari majelis taklim, ibu-ibu binaan Muslimat Hidayatullah, dan segenap Pengurus Wilayah Pemuda Hidayatullah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Pada akhir uraiannya, Imam berpesan bahwa generasi muda bangsa harus berpikir surgawi.
"Kalau mindset kita sudah surga, kita tidak akan lagi mau berbohong, menipu, malas, dan beragam sifat negatif lainnya. Sebaliknya kita akan menjadi pribadi yang mudah memaafkan, suka pada kebaikan, dan mengajak orang lain pada keindahan ajaran Islam," tutupnya.