REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam dua pekan terakhir penyebaran virus corona (Covid-19) kian merebak di Indonesia. Laporan terakhir pada Jumat (13/3) jumlah pasien positif Covid-19 sudah mencapai 69 kasus.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM), Najih Prastiyo, menyampaikan kabar meningkatnya pasien positif virus corona menimbulkan kekhawatiran publik. Tapi pemerintah terkesan setengah hati dan lamban dalam melakukan upaya penanganan masuknya virus corona ke dalam negeri.
Najih juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap kinerja pemerintah dalam melakukan upaya pencegahan dan penelusuran kasus corona di tanah air.
IMM sejak awal telah mengingatkan pemerintah untuk lebih serius memperhatikan penyebaran virus corona di Indonesia.
Salah satu caranya dengan mengambil pelajaran dari negara-negara yang telah terdampak sebelumnya.
"Seharusnya kalau pemerintah tidak banyak berkelit, kita pasti akan lebih siap menghadapi virus corona ini. Kepanikan terjadi di awal munculnya kasus corona di Indonesia setelah kasus pertama diumumkan Presiden Jokowi," kata Najih melalui pesan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (14/3).
Dia menyampaikan, hingga hari ini jumlah kasus positif corona mengalami peningkatan yang cukup tajam.
Ini mengindikasikan bahwa sejak awal pemerintah tidak serius dalam menanggulangi masuknya virus corona di Indonesia.
IMM menganggap pernyataan yang keluar di awal-awal kasus corona muncul hanya sekedar ‘lip service’ saja. Sama sekali tidak mengambil pelajaran atas apa yang terjadi di Wuhan dan Singapura.
"Tidak jelasnya sikap dalam menghadapi meluasnya dampak virus corona ini semakin menambah catatan merah pemerintah, terutama Kementerian Kesehatan terkait penanggulangan kesehatan masyarakat," ujarnya.
Najih juga mempertanyakan bagaimana mungkin pemerintah lebih memilih menyewa influencer puluhan miliar dan memberikan diskon tiket pesawat yang cukup besar terhadap wisata dalam negeri yang jumlahnya mencapai ratusan miliar. Sementara infrastruktur kesehatan yang dimiliki masih minim dan jumlahnya masih sangat terbatas di Jakarta saja.
Sementara, negara-negara lain sudah membatasi masuknya turis asing, terutama dari negara yang terdapat kasus Corona.
"Kalau diingat-ingat lagi awal kali muncul kasus corona sampai di isolasinya Wuhan serta kemunculan kasus terkonfirmasi corona pertama di Asia Tenggara, pemerintah kita malah sibuk mengkonfirmasi sana sini dengan pernyataan-pernyataan kontroversial, sambil mencoba meyakinkan publik bahwa Indonesia benar-benar steril dari virus corona," ujarnya.
Anehnya kemudian muncul program influencer pariwisata dan diskon tiket pesawat untuk destinasi wisata dalam negeri.
Najih melihat ini sebagai upaya protektif pemerintah dalam menjaga stabilisas ekonomi dan penerimaan negara.
"Namun dengan sikap yang terlalu tenang di awal, malah ini akan membahayakan karena ternyata kenyataannya hal tersebut hanya iming-iming saja, kita tidak siap dan kebingungan melihat jumlah infeksi yang semakin meningkat," jelasnya.
Najih mengingatkan, pemerintah jangan malu untuk mengakui berbagai keterbatasan yang dimiliki terkait upaya penanggulangan virus corona. Sehingga ruang-ruang kolaborasi itu bisa terbuka.