REPUBLIKA.CO.ID, Rasulullah Muhammad SAW berasal dari keturunan yang terbaik bahkan bila silsilahnya dirunut hingga Adam AS. Hal itu ditegaskan dalam surah asy-Syu'ara ayat 219, yang berbunyi, wataqallubaka fii assaajidiin. Artinya, “Dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.”
Tafsiran Ibnu Abbas atas ayat tersebut ialah, Allah melihat perubahan gerak kejadian Nabi Muhammad SAW di tulang sulbi deretan manusia sejak Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, hingga orang tua beliau SAW.
Ungkapan assaajidiin dalam ayat tersebut menegaskan, Rasulullah SAW berasal dari keturunan orang-orang yang bersujud kepada Allah, bukan golongan kafir. Maka dari itu, wajarlah Muhammad SAW sejak kecil membenci berhala.
Tak sekalipun beliau menaruh simpati pada cara ibadah kaum musyrik, apalagi mengikuti mereka. Suatu kali, seseorang pernah menyuruhnya untuk ikut ke tempat pemujaan berhala. Kontan saja, Muhammad kecil menolaknya.
Kisah ketegasan beliau saat masih seusia anak-anak dan remaja disampaikan Ibn Al Jauzi dalam kitabnya, Al Wafa. Menurut riwayat dari Ibnu Abbas, suatu ketika Ummu Aiman bercerita sebagai berikut. Orang-orang Quraisy mengagungkan suatu patung bernama Bawwanah.
Berhala itu amat dipuja-puja mereka. Pemujanya sering menggunduli satu sisi kepala. Tak hanya itu, orang-orang musyrik itu juga kerap bermalam di dekat makhluk tak bernyawa tersebut sampai malam.
Ritual itu memang biasanya terjadi hanya sekali dalam setahun. Salah satu peserta ritual tersebut adalah Abu Thalib. Muhammad SAW kecil pernah diajak pamannya itu untuk menghadiri acara tahunan itu. Tentu saja, tawaran itu ditolaknya.
Ummu Aiman mengenang, begitu mengetahui penolakan Muhammad kecil, Abu Thalib sempat kesal. Kemudian, bibi-bibi berkata kepada Muhammad, “Kami mengkhawatirkan perbuatanmu itu menjauhi tuhan kami ini. Apa yang kau inginkan, wahai Muhammad? Engkau tidak menghadiri upacara mereka ini dan tidak meramaikan acara mereka.”
Namun, Muhammad SAW lantas pergi menjauh. Beberapa waktu kemudian, ia ingin kembali pulang, tetapi masih menyimpan kegelisahan dan rasa takut. Bibi-bibinya kemudian bertanya, “Apakah yang terjadi padamu? ‘Aku takut menjadi gila,” jawab Muhammad.
Allah tidak akan mengujimu dengan setan karena pada dirimu terdapat sifat-sifat baik. Lalu, apa yang engkau lihat? Setiap aku mendekati berhala, tampaklah olehku seorang laki-laki yang putih dan tinggi berteriak kepadaku, 'Hati-hati, wahai Muhammad, jangan kau sentuh (berhala-berhala) itu!' jelas Muhammad.
Demikianlah, tutur Ummu Aiman, tak sekalipun Muhammad SAW mendekati apalagi menghadiri ritual pemujaan berhala-berhala bahkan sebelum beliau diangkat menjadi nabi dan rasul Allah.