Sabtu 14 Mar 2020 18:50 WIB

Menag Cerita Kepemimpinan Nabi Muhammad

Menag menceritakan kepemimpinan Nabi Muhammad di acara pra muktamar Muhammadiyah.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Menag Cerita Kepemimpinan Nabi Muhammad. Foto: Menteri Agama (Menag), Fachrul Razi menjadi pembicara utama di Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka pada Sabtu (14/3).(Republika/Fuji EP)
Foto: Republika/Fuji EP
Menag Cerita Kepemimpinan Nabi Muhammad. Foto: Menteri Agama (Menag), Fachrul Razi menjadi pembicara utama di Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka pada Sabtu (14/3).(Republika/Fuji EP)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi menceritakan kepemimpinan Rasulullah SAW saat menjadi pembicara utama Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka pada Sabtu (14/3). Di seminar bertema 'Ekstremisme Sosial-Keagamaan dan Perdamaian Semesta' ini Menag menyampaikan hikmah dari kisah kepemimpinan Rasulullah.

Menag menceritakan, perang Badar adalah perang pertama yang dilakukan oleh umat Islam. Pada saat itu umat Islam masih sangat lemah tapi harus berhadapan dengan pasukan Kafir Quraisy di bawah pimpinan Abu Jahal yang sangat kuat.

Tapi pasukan umat Islam datang ke Badar lebih dulu dibanding pasukan Kafir Quraisy. Rasulullah segera menempatkan pasukannya pada posisi-posisi taktis. "Kemudian seorang sahabat bertanya, ya Rasulullah, apakah posisi-posisi pasukan ini atas perintah Allah? Rasulullah menjawab tidak, ini hasil analisa saya sendiri," kata Menag, Sabtu (14/3).

Menag melanjutkan ceritanya, kemudian sahabat Nabi menyarankan agar Rasulullah memindahkan posisi pasukannya. Sahabat Nabi ini mengaku sangat tahu wilayah Badar yang paling strategis. Kebetulan tempat strategis itu satu-satunya sumber air di Badar.

Sahabat itu menyampaikan bahwa bila pasukan Rasulullah menempati posisi sumber air. Maka pasukan Kafir Quraisy akan mengalami guncangan yang luar biasa karena tidak mendapatkan sumber air. Sehingga pasukannya menjadi lemah.

"Rasulullah mengikuti saran sahabatnya, Alhamdulillah pasukan Rasulullah yang sedikit berhasil mengalahkan pasukan Kafir Quraisy yang jumlahnya jauh lebih banyak," ujarnya.

Menag mengingatkan bahwa setinggi apapun posisi orang, kalau ada saran yang baik dari siapapun maka ikuti sarannya. Inilah hikmah yang bisa dipetik dari kisah kepemimpinan Rasulullah.

Ia melanjutkan kembali ceritanya di hadapan peserta seminar. Hal yang sama dialami pada saat perang Al-Ahzab di Madinah. Pada saat itu pasukan Muslim sudah kuat, hanya saja terjadi penghianatan sehingga posisinya lemah.

Pada saat akan datang serangan dari Kafir Quraisy, Rasulullah memikirkan taktik yang hendak digunakan. Seorang sahabat Nabi mengatakan kepada Rasulullah bahwa pasukan musuh tidak akan mungkin menyerang dari selatan karena medannya sulit.

"Sahabat Nabi memberi saran, mereka (musuh) hanya bisa lewat dari Barat Laut, karena itu gali saja parit, sekarang sedang musim dingin maka Insya Allah mereka akan tertahan di sana dan tidak akan mampu bertahan," ujar Menag bercerita.

Kemudian Rasulullah mengikuti saran sahabatnya. Benar saja musuh tertahan di sebarang parit dan dihantam angin dingin. Sebagian besar pasukan musuh mati dan kembali.

"Yang ingin saya sampaikan setinggi apapun pangkat anda nanti, dengarkan saran meskipun itu datangnya dari anak buah," kata Menag.

Tapi, Menag menegaskan, menjadi pemimpin jangan hanya menunggu dan mendengarkan saran saja. Seorang pemimpin tetap harus berpikir mana keputusan dan strategi yang paling baik untuk diambil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement