REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat mencatat data sementara rumah yang rusak akibat gempa berkekutan 4,9 Skala Richter (SR) yang terjadi Selasa (10/3) mencapai 1.782 unit."Jumlah kerusakan rumah yang paling banyak di Kecamatan Kalapanunggal dan Kabandungan," kata Kepala Pusat Pengendalian dan Operasi BPBD Kabupaten Sukabumi Daeng Sutisna di Sukabumi, Sabtu (14/3).
Menurutnya, data tersebut masih sementara karena tim gabungan yang bertugas di lokasi masih melakukan pendataan dan verifikasi, selain itu ada beberapa kecamatan yang mengupdate data seperti Kecamatan Parakansalak.
Adapun rinciannya untuk Kecamatan Parakansalak data yang masuk baru menyebutkan satu rumah rusak berat, kemudian Kecamatan Kabandungan 95 rusak berat, 214 rusak sedang dan 422 rusak ringan.Selanjutnya, Kecamatan Kalapanunggal 168 rusak berat, 293 rusak sedang dan 546 rusak ringan.
Kecamatan Cidahu, 12 rusak sedang dan 28 rusak ringan, Kecamatan Warungkiara satu rusak ringan dan Kecamatan Cikidang masing-masing satu unit rumah rusak masuk kategori ringan dan sedang.
Selain itu, Bupati Sukabumi Marwan Hamami sudah menetapkan status tanggap darurat bencana (TDB) selama tujuh hari mulai dari 10-16 Maret dan jika bisa saja diperpanjang.
Karena itu Pusdalops BPBD setempat terus melakukan pemantauan, berkoordinasi dengan Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) dan semua kecamatan yang merasakan atau terdampak kejadian gempa bumi. "Pendataan dampak gempa masih terus berlangsung dan data yang terekap ini berasal dari tim asessment dilokasi kejadian. Perkembangan informasi selanjutnya akan dilakukan secara berkala apabila terdapat laporan tambahan," kata Daeng.
Marwan mengatakan untuk mempercepat proses penanggulangan pihaknya juga berkoordinasi dengan Polri dan TNI seperti mendirikan tenda darurat untuk mengungsi warga yang rumahnya tidak bisa dihuni lagi, mendistribusikan bantuan darurat mulai dari makanan siap saji hingga perlengkapan tidur.