REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI), Din Syamsuddin memberi apresiasi terhadap langkah pemerintah menangani pandemi corona atau Covid-19 yang mulai terbuka dan bekerja serius. Memang agak terlambat tapi untuk sebuah kemaslahatan tidak ada istilah terlambat bahkan harus terus ditingkatkan.
"Semula banyak orang, termasuk saya, waswas dan skeptis pemerintah dapat mengatasi keadaan. Hal itu dialaskan pada kesan pemerintah kurang serius bahkan meremehkan wabah tersebut," kata Din melalui pesan tertulis kepada Republika.co.id, Sabtu (14/3) malam.
Din menjelaskan, kesan pemerintah meremehkan wabah ini seperti pernyataan pejabat tinggi pemerintah bahwa di Indonesia tidak terkena wabah corona karena sering membaca doa tertentu. Ada juga yang mengatakan korban meninggal di suatu tempat bukan karena virus corona tapi karena flu babi.
Selain itu, ada pernyataan masyarakat Indonesia tidak terkena wabah corona karena berada di iklim tropis dan lain sebagainya. Pemerintah juga mengatakan kalau tidak ada kasus corona mau apa, apakah harus dipaksa ada.
"Dan yang paling tragis adalah sikap menuduh seseorang yang menyebarkan info tentang corona sebagai menyebar berita hoaks," ujarnya.
Din mengatakan, kecenderungan menutupi masalah wabah corona justru menimbulkan kecemasan, bahkan kepanikan di kalangan masyarakat. Jika dibandingkan dengan langkah pemerintah Indonesia, langkah negara-negara maju seperti Inggris, Italia, Amerika Serikat, dan Singapura bersikap jujur dan terbuka. Bahkan mereka tidak segan-segan menyatakan negaranya darurat corona.
"Sehingga mendeklarasikan kota-kota tertentu dinyatakan tertutup (lockdown), akan jelas sekali beda antara keterbukaan dan ketertutupan, serta kejujuran dan ketakjujuran," ujarnya.
Din menegaskan, ketidakjujuran dan ketidakterbukaan pemerintah tentang wabah corona, padahal itu merupakan masalah dan ancaman bersama, tidak akan memecahkan masalah. Hal itu justru hanya akan menimbulkan masalah baru.
Din berpandangan, suatu hal yang patut dipertanyakan, karena bagi sebagian orang tidak logis dan appropriate (tidak pas) adalah pemerintah justru melibatkan Badan Intelijen Negara (BIN) dalam penanggulangan wabah corona. Padahal yang lebih relevan untuk itu adalah melibatkan perguruan tinggi dengan berbagai jurusannya, baik untuk observasi, analisa, maupun penyiapan teknologi relevan.
"Tapi itulah yang telah terjadi. Kritik ini perlu disampaikan karena masalah yang dihadapi adalah masalah bersama, dan tidak ada yang boleh berpretensi dapat mengatasinya sendiri, bukan pemerintah dan bukan organisasi/ lembaga manapun. Penyelesaian masalah haruslah dalam kebersamaan yang jujur dan terbuka antara berbagai elemen bangsa," tegasnya.
Din mengingatkan hadits Nabi ini patut direnungkan; "Berlaku jujurlah karena kejujuran membawa kepada kebenaran, dan kebenaran mengantarkan ke surga. Hindarilah ketakjujuran (kebohongan) karena ketakjujuran itu membawa kepada keburukan, dan keburukan mengantarkan ke neraka."