REPUBLIKA.CO.ID, oleh Didin Hafiduddin*
Sebagaimana telah sama-sama kita ketahui bahwa hal yang paling menghebohkan sekaligus paling menakutkan bagi kehidupan umat manusia di seluruh dunia sekarang ini, adalah mewabahnya secara masiv penyakit COVID 19 atau Virus Corona. Dalam waktu singkat telah berjangkit pada 109 negara dan telah menyebabkan ribuan orang dari berbagai negara terjangkiti penyakit ini, bahkan yang meninggal dunia sudah banyak dan terus bertambah.
Italia sebagai contoh, adalah negara yang mengisolir warga negaranya di berbagai kota untuk tidak keluar rumah karena khawatir akan terjangkiti virus ini. Demikian pula di negara Iran dan Korea Selatan serta negara-negara lainnya. Bahkan ketiga negara ini (Italia, Korea Selatan, dan Iran) dilarang masuk warganya ke Indonesia untuk waktu yang tidak ditentukan. Bahkan untuk kegiatan umroh pun dari seluruh negara termasuk dari Indonesia dihentikan sementara, atas ketetapan dan kebijkan dari pemerintah Saudi Arabia. Masjidil Haram, sebagai masjid yang menjadi kiblat kaum muslimin seluruh dunia, kini ditutup satu jam setelah isya dan dibuka kembali satu jam menjelang shubuh. Luar biasa mengharukan dan menyedihkan, tidak pernah terbayangkan dalam pikiran kita hal ini akan terjadi. Mudah-mudahan keadaan ini tidak berlangsung lama dan segera ditemukan oleh para ahli kesehatan obat untuk menangkal virus ini.
Sebagai orang yang beriman, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan secara mendalam dan seksama untuk merespon keadaan ini, seperti juga dinyatakan oleh Imam Syamsi Ali (dalam video ringkasnya), antara lain sebagai berikut:
Pertama, bahwa terjadinya virus corona ini, menjadi salah satu pengingat untuk kita semua, betapa alam semesta ini berada di bawah satu kontrol yang Maha Kuat, yang Maha Kuasa, pencipta langit dan bumi, yaitu Allah SWT. Allah ingin mengingatkan kita bahwa manusia dengan segala kelebihan dan kehebatannya, dengan segala inovasi ilmu dan teknologi dalam berbagai bidang, termasuk bidang kesehatan, akan tetapi manusia tetap memiliki keterbatasan dan kekurangan. Karena itu Allah SWT ingin memperlihatkan kepada manusia bahwa ada masa-masa tertentu disaat kamu semua telah lalai, bahkan telah angkuh dan sombong, merasa mampu menyelesaikan segala permasalahan kehidupan. Itulah sebabnya Allah SWT mendatangkan Virus Corona ini dan beberapa virus-virus sebelumnya. Misalkan virus flu burung, flu babi, dan lain sebagainya, adalah untuk mengingatkan kepada kita akan keterbatasan kita sebagai manusia. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-An’am [6] ayat 44-45: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa (44) Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam (45).”
Kedua, sebagai orang yang beriman, dalam menghadapi permasalahan-permasalahan seperti kasus virus corona ini, sesungguhnya juga kita tidak perlu terlalu panik. Karena kepanikan itu adalah sesuatu yang bersifat negatif. Kepanikan itu adalah kecenderungan untuk melakukan sesuatu di luar batas-batas kewajaran. Dan oleh karenanya kita bisa mengambil segala langkah yang dimungkinkan, berhati-hati membangun perhatian atau konsen, dan pada saat yang sama juga, kita tidak perlu menjadi panik. Kenapa, karena orang yang beriman yakin seratus persen bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini, besar atau kecil dalam pertimbangan kita sebagai manusia, sesungguhnya dalam pandangan Allah adalah kecil, tidak akan terjadi kecuali memang ditakdirkan oleh-Nya. Kita sakit karena takdir-Nya, kita sehat karena takdir-Nya pula. Kalau seandainya jin dan manusia berkumpul untuk memberikan kemudharatan kepada kita, tidak ada satupun kemudharatan itu akan terjadi, kecuali atas izin dari Allah SWT. Atau sebaliknya, kita berharap manfaat dari jin dan manusia, kalau mereka semua berkumpul untuk memberikan kemanfaatan kepada kita, maka tidak seorang pun yang bisa memberikan kemanfaatan kecuali memang ditakdirkan oleh Allah SWT (al-Hadits). Dan karenanya hati harus kita tenangkan. Kita harus tenang dalam menghadapi permasalahan hidup ini, termasuk masalah virus corona tersebut. Yang perlu kita ingat, ketenangan itu hanya mungkin didapatkan melalui dzikir dan ibadah kepada Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Ar-Ra’d [13] ayat 28: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Ketiga, kita perlu mengambil langkah-langkah dan usaha-usaha pro aktif, agar hal itu tidak terjadi pada diri kita. Karena memang dalam tataran iman, kita yakin bahwa Allah SWT yang menentukan segala sesuatunya. Tapi juga pada tataran iman yang lain, Allah SWT menyatakan bahwa kita ini diberikan tanggungjawab khilafah. Khilafah itu artinya melakukan usaha-usaha keduniaan kita untuk membangun dunia kita ini, termasuk untuk menjadikan dunia kita ini aman dari berbagai macam penyakit, termasuk virus corona ini. Maka ini menjadi tantangan bagi kita semua untuk mengambil semua langkah preventif segala sesuatu yang dimungkinkan. Juga tentunya merupakan tantangan bagi kita umat Islam dan masyarakat secara umum, bahwa virus Corona ini didatangkan agar kita kembali melakukan inisiatif-inisiatif yang bersifat inovatif, sehingga kita bisa menciptakan dan membuat solusi dimasa-masa yang akan datang.
Allah SWT berfirman dalam QS. At-Taubah [9] ayat 105: “Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".
Mudah-mudahan Allah SWT akan selalu menjaga kita semuanya dari berbagai musibah dan fitnah kehidupan. Dan semoga kita tetap istiqomah dalam menjalankan dan melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Kesadaran transendental (keimanan dan ketauhidan) harus terus menerus kita tingkatkan dan kuatkan, dan kesadaran sosial dalam bekerjasama dalam kebaikan, saling bahu membahu dalam mengatasi masalah harus pula kita jaga, kita pelihara, sekaligus kita kuatkan. Setiap musibah sejatinya menguatkan kesadaran transcendental dan sosial.