Senin 16 Mar 2020 04:24 WIB

Penukaran Valas di Money Changer Jadi Lebih Sepi

Money changer hanya menetapkan rate yang beda tipis untuk beli dan jual valas.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Pegawai menghitung uang dolar Amerika Serikat (AS) di gerai penukaran mata uang asing (ilustrasi). Penukaran uang asing di money changer mengalami penurunan.
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Pegawai menghitung uang dolar Amerika Serikat (AS) di gerai penukaran mata uang asing (ilustrasi). Penukaran uang asing di money changer mengalami penurunan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penukaran valuta asing (valas) khususnya di money changer mengalami penurunan. Money Changer Dolarindo Intravalas, Jakarta Barat, memantau penurunan penukaran uang dalam satu pekan terakhir. Karyawan Dolarindo Intravalas, Jordan, menyebut loket penukaran valas menjadi lebih sepi, khususnya untuk mata uang dolar AS.

"Penukaran uang jadi lebih sepi sejak sekitar tiga hari lalu, mungkin karena orang-orang takut bepergian," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (15/3).

Penukaran dolar di sana berada di level Rp 14.815 per dolar AS untuk beli dan Rp 14.400 untuk jual. Rate yang cukup jauh ini, menurut dia, karena ketidakstabilan nilai tukar. Biasanya, perbedaan rate jual dan beli hanya sekitar Rp 100-Rp 200.

Lesunya jual beli valas juga terjadi pada mata uang lain, seperti dolar Singapura maupun yen Jepang. Meski menjadi lebih sepi, Jordan mengatakan, ada kenaikan penukaran dari mata uang asing ke rupiah.

"Mungkin karena sekarang lagi pada naik harganya, jadi orang banyak yang tukar ke rupiah," katanya.

Peneliti Indef Bhima Yudhistira menyampaikan, lesunya penukaran valas ritel tidak akan terlalu berpengaruh pada nilai tukar rupiah. Yang akan sangat berpengaruh adalah kebutuhan valas untuk korporasi. Ketersediaan valas untuk segmen ini akan berpengaruh signifikan pada kestabilan nilai tukar.

Dana investor asing sudah keluar sekitar Rp 7,79 triliun sejak awal tahun sehingga akan dikonversi sahamnya ke mata uang dolar. Kebutuhan valas untuk persiapan impor juga tinggi karena menjelang Ramadhan. Sementara itu, beberapa barang impor harganya naik karena stok berkurang.

Situasi ini membuat importir harus membeli valas dalam jumlah besar. Hal ini membuat nilai tukar naik. Selain itu, ada faktor pembayaran bunga dan cicilan pokok utang. Faktor itu juga menguras ketersediaan valas.

"Kalau individual tidak akan pengaruh signifikan. Paling per orang maksimum 2.000 dolar AS. Yang perlu diperhatikan lebih adalah kebutuhan valas korporasi," kata dia. 

Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jidor) mencatat nilai tukar rupiah sebesar Rp 14.815 per dolar AS saat perdagangan ditutup Jumat (13/3). Nilai tersebut melemah hingga 315 poin dari Rp 14.490 pada hari sebelumnya, Kamis (12/3).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement