REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil menggembirakan datang dari pasangan ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktaviati di babak final All England Open 2020. Mereka berhasil merebut gelar juara usai mengalahkan Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (Thailand) 21-15, 17-21, 21-8, Ahad (15/3) waktu setempat.
Lewat akun twitter @kemenpora_ri, Kemenpora menyatakan ikut bangga dengan keberhasilan ganda campuran Indonesia tersebut. ''Juara! Pasangan ganda campuran kebanggaan Indonesia,'' cuitnya.
Pasangan Praveen/Melati sukses mengharumkan nama bangsa dengan menjadi juara All England Open 2020 pada nomor ganda campuran. Praveen/Melati, sebut @kemenpora_ri, berhasil menorehkan kemenangan bersejarah dan pertama kali selama mereka dipasangkang sejak 2018.
Ini merupakan gelar perdana bagi Melati dan kedua bagi Praveen. Pada 2016 lalu, Praveen meraih gelar All Englanda pertamanya saat berpasangan dengan Debby Susanto.
Melati mengaku tidak mampu menutupi rasa banggannya. “Pastinya bangga banget bisa juara di sini. Karena ini kan salah satu cita-cita dan impian dari kecil. Siapa sih yang nggak mau juara All England. Semua pemain badminton kalau ditanya pasti maunya juara All England, Kejuaraan Dunia dan Olimpiade. Alhamdulillah bisa terwujud salah satu impianku,” kata Melati dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.
Praveen/Melati sudah lima kali bertemu sebelumnya dengan pasangan Thailand itu dan merebut tiga kemenangan. Hasil ini kian menambah keunggulan pasangan Indonesia menjadi 4-2.
Gim pertama Praveen/Melati yang poinnya sempat tertinggal tipis, akhirnya melesat merebut 21-15. Masuk ke game dua, Praveen/Melati juga berhasil unggul sejak awal. Namun usai menyentuh poin 13-13, mereka balik tertinggal dan harus merelakan gim keduanya itu.
Bermain di gim penentu, Praveen/Melati tak mau menyia-nyiakan peluang. Mereka langsung mencuri start dan menekan dari awal, sehingga sukses menang meyakinkan dengan skor 21-8.
“Kalau dibilang menang mudah juga enggak. Mereka pasangan yang kuat. Terus di game kedua kami ada kesalahan strategi, kami terlalu banyak meladeni pukulan mereka. Gim ketiga kami banyak langsung menyerang,” ujar Praveen.
“Kami lebih banyak membawa mereka ke permainan kami. Bisa dilihat mereka seperti tidak berkutik. Setiap ketemu mereka pasti ramai. Poinnya pasti ramai,” kata Praveen.