REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Sekelompok tentara dengan pakaian pelindung menyemprotkan disinfektan di stasiun kereta api dan polisi menggunakan masker memerintahkan orang-orang yang berkeliling kota untuk pulang, Ahad (15/3). Kondisi itu menjadi pemandangan umum setelah Spanyol melakukan penutupan untuk mencegah virus corona menyebar luas.
Orang Spanyol wajib tinggal di rumah berdasarkan hukum sejak Sabtu. Keterbatasan aktivitas membuat mereka muncul di balkon dan berdiri di jendela. Mereka berteriak dan membunyikan klakson sebagai penghargaan atas layanan darurat yang menangani wabah terburuk kedua di Eropa setelah Italia pada Ahad malam.
Jumlah kematian resmi virus corona meningkat dari 152 menjadi 288 dalam semalam. Sedangkan jumlah yang terinfeksi naik dari dua ribu kasus menjadi 7.753. Sekolah-sekolah di seluruh negeri ditutup demi menjaga jutaan anak di rumah dan pertemuan publik pun dilarang.
Ketika Spanyol menekan penyebaran virus corona, uskup agung pun ikut menaati perintah tersebut. Perayaan misa dilakukan secara daring dengan memanfaatkan media berbagi video Youtube.
Tempat-tempat umum seperti jalan-jalan kota hingga pantai-pantai di seluruh Spanyol sepi. Polisi mendenda pengendara sepeda yang berada di jalan. Pemerintah memutuskan warga hanya bisa meninggalkan rumah untuk urusan penting seperti membeli makanan.
Polisi menggunakan pesawat nirawak untuk mengirim pesan kepada publik. Mereka memberitahu warga untuk pulang ke rumah ketika satu tempat rekreasi yang populer didatangi karena aktivitas sekolah dan kantor diliburkan.
Namun, beberapa orang Spanyol resah tentang konsekuensi ekonomi dari kuncian nasional yang telah menutup bar, restoran, dan banyak toko. Lebih dari setengah pekerjaan di negara ini bergantung pada perusahaan kecil atau menengah.
Terlebih lagi, Spanyol merupakan salah satu negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di negara maju. "Kota ini tergantung pada pariwisata. Apa yang terjadi dengan semua bar dan restoran dan toko, ini benar-benar akan secara ekonomi merusak banyak bisnis," kata Leonel Sanchez yang keluar untuk membeli makanan di jalan utama Madrid, Gran Via.