REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Otoritas Muslim mengumumkan akan menutup Masjid al-Aqsa. Penutupan dilakukan tanpa batas waktu karena kekhawatiran tentang wabah Covid-19. Sementara situs tersuci ketiga bagi Muslim ini ditutup, jamaah yang ingin beribadah dan berdoa bisa melakukannya di lapangan luas di luar masjid.
Kebijakan menutup al-Aqsa ini menjadi yang terbaru dalam serangkai keputusan penutupan atau pembatasan akses ke situs keagamaan. Arab Saudi sebelumnya telah menghentikan ziarah umrah ke Makkah dan Madinah.
Pemerintah Saudi bisa juga secara terpaksa membatasi atau membatalkan ibadah haji yang jauh lebih besar pada tahun ini. Pengumuman penutupan sementara semua masjid dan pembatalan shalat Jumat dilakukan Ahad (15/3) kemarin.
Dikutip di Times of Israel, Direktur al-Aqsa, Syekh Omar Kiswani, mengatakan, penutupan masjid dan bangunan-bangunan lain di kompleks itu, termasuk ikon emas Kubah Batu atau Golden Dome of the Rock, akan berlanjut tanpa batas waktu.
Langkah-langkah serupa telah diambil di Tembok Barat di dekatnya, di mana terdapat tempat paling suci orang Yahudi dapat berdoa. Doa di luar ruangan tetap berlanjut, tetapi dibatasi hanya 10 orang pada suatu waktu di daerah tertutup. Hal ini sesuai dengan langkah-langkah yang diambil oleh Pemerintah Israel.
Israel memberlakukan langkah-langkah sweeping travel dan karantina lebih dari sepekan yang lalu. Namun, jumlah kasus yang dikonfirmasi menjadi dua kali lipat dalam beberapa hari terakhir menjadi sekitar 200.
Pemerintah kemudian mengatakan bahwa restoran, mal, studio film, pusat kebugaran, dan pusat penitipan anak akan ditutup pada Sabtu (14/3). Israel juga membatasi pertemuan untuk 10 orang, termasuk untuk ibadah keagamaan.
Meski demikian, aturan-aturan itu tampaknya tidak meluas ke Temple Mount, situs paling suci di Yudaisme yang berada di bawah pengawasan Yordania dan di mana jamaah non-Muslim dilarang. Otoritas Palestina telah melaporkan 38 kasus virus corona di Tepi Barat. Hampir semuanya terkait dengan wabah di Kota Betlehem. Israel dan Palestina sebagian besar telah menutup kota itu.
Para pejabat Palestina mengatakan, Presiden Mahmoud Abbas yang berusia 85 tahun dan memiliki masalah kesehatan terkait usia tidak lagi menerima tamu sebagai tindakan pencegahan. Presiden hanya bertemu dengan beberapa pembantu yang sangat dekat. Di samping itu, sebagian besar stafnya diminta bekerja dari rumah.