REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sebanyak 152 jiwa meninggal dunia akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD). Jumlah ini tercatat selama periode 1 Januari 2020 hingga 14 Maret 2020. Kematian terbanyak terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu sebanyak 39 jiwa.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengungkap 152 kasus kematian akibat DBD terjadi di beberapa daerah.
"Pertama NTT 39 jiwa, Jawa Tengah 16 jiwa, Jawa Barat 15 jiwa, Lampung 14 jiwa, Jawa Timur 13 jiwa, Kalimantan Timur sembilan jiwa," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Senin (16/3).
Kemudian, dia melanjutkan, Jambi tujuh jiwa, Sulawesi Utara lima jiwa, Bengkulu empat jiwa, Sulawesi Tenggara tiga jiwa, Riau tiga jiwa, Sulawesi Selatan tiga jiwa, Sumatra Selatan tiga jiwa, Sumatra Barat dua jiwa. Dua orang meninggal dunia di Kalimantan Tengah, Sumatra Utara dua jiwa, Kalimantan Barat dua jiwa, Kalimantan Selatan dua jiwa, Sulawesi Tengah dua jiwa, Gorontalo dua jiwa, Kepulauan Riau satu, Bangka Belitung satu, Nusa Tenggara Barat satu, dan Kalimantan Utara satu jiwa.
Sementara itu, ia menyebutkan total jumlah kasus DBD di Tanah Air di periode yang sama sebanyak 21.908. Kasus itu, didapatkan dari 401 kabupaten/kota di 34 provinsi.
Ia menambahkan, 10 kota/kabupaten dengan kasus DBD terbanyak yaitu NTT 3.379, Lampung 2.965, Jawa Timur 1.761 kasus, Jawa Barat 1.420, Jawa Tengah 1.197 kasus, Sumatra Selatan 1.148 kasus, Jambi 1.107 kasus, Riau 1.104 kasus, Kalimantan Timur 778, dan DKI Jakarta 583 kasus.
Untuk mengatasi DBD yang cenderung meningkat, Nadia mengaku pihaknya telah memberikan surat edaran kepada semua gubernur tentang kesiapsiagaan peningkatan kasus DBD, menggerakkan masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan 3 M plus. Selain itu pihaknya lenhaktifkan pokja DBD di setiap kabupaten/kota, mengaktifkan posko kewaspadaan DBD hingga kabupaten/kota, distribusi logistik, mesin fogging, cairan infus hingga plasma darah.