REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa China masih menjadi negara yang mendominasi perdagangan dengan Indonesia baik dari sisi ekspor maupun impor pada Januari-Februari 2020. Meskipun turun, impor dari China masih tinggi. Begitu pula ekspor.
"Kalau kita lihat, pangsa ekspor menurut negara, China masih mendominasi pangsa ekspor non migas," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti saat menggelar konferensi pers di Jakarta, Senin (16/3).
Yunita memaparkan, nilai ekspor nonmigas China mencapai 3,98 miliar dolar AS pada Januari-Februari 2020 atau berkontribusi 15,33 persen dari keseluruhan ekspor Indonesia. Selanjutnya, Amerika Serikat berada di bawah China dengan nilai ekspor 3,26 miliar dolar AS atau berkontribusi 12,58 persen.
Hal yang sama juga terjadi pada kinerja impor, di mana impor asal China menjadi yang tertinggi yakni 5,92 miliar dolar AS pada periode yang sama. Nilai berkontribusi sebesar 26,76 persen terhadap keseluruhan impor.
Jepang kemudian menyusul dengan nilai impor 2,38 miliar dolar AS dan berkontribusi 10,77 persen terhadap keseluruhan impor. Selanjutnya Singapura dengan total impor 1,48 miliar dolar AS yang berkontribusi sebesar 6,67 persen terhadap keseluruhan impor.
Kendati demikian, neraca perdagangan Indonesia dengan China mengalami penurunan signifikan baik dari sisi ekspor maupun impor pada Februari 2020. Hal ini disinyalir akibat dari mewabahnya Covid-19.
Ekspor dari Indonesia ke China pada Februari 2020 mengalami penurunan 245,5 juta dolar AS menjadi 1,8 miliar dolar AS dari Januari 2020 yang angkanya 2,1 miliar dolar AS. Sementara itu, impor asal China juga mengalami penurunan Februari 2020 menjadi 1,9 miliar dolar AS dari 3,9 miliar dolar AS pada Januari 2020.
"Ada pengaruh dari Covid-19, di mana kegiatan penguncian, ekspor-impor otomatis akan memengaruhi neraca perdagangan kita dari China, karena baik ekspor maupun impornya, yang dari China, bulan ke bulan (mtm) itu turun dua-duanya," kata Yunita.