Senin 16 Mar 2020 17:34 WIB

Jejak Kehadiran Islam di Kerajaan Majapahit (2)

Islam disebut sudah ada di jaman Kerajaan Majapahit.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Jejak Kehadiran Islam di Kerajaan Majapahit (2). Foto: Kegiatan ekskavasi situs pramajapahit di Dusun Sekaran, Sekarpuro, Pakis, Kabupaten Malang berakhir pada Kamis (21/3).(Republika/Wilda Fizriyani)
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Jejak Kehadiran Islam di Kerajaan Majapahit (2). Foto: Kegiatan ekskavasi situs pramajapahit di Dusun Sekaran, Sekarpuro, Pakis, Kabupaten Malang berakhir pada Kamis (21/3).(Republika/Wilda Fizriyani)

REPUBLIKA.CO.ID, MOJOKERTO -- M.C. Ricklefs penulis buku Mystic Synthesis in Java: A History of Islamization from the Fourteenth to the Early Nineteenth Centuries yang dipublikasikan Eastbridge pada tahun 2006. Dia menjelaskan bahwa batu-batu nisan Muslim di pemakaman Trowulan dan Tralaya yang terletak di ibu kota Kerajaan Majapahit benar-benar milik Muslim.

Tapi, menurut Ricklefs, batu-batu nisan tersebut memiliki desain yang khas. Tahun pada nisan tersebut menggunakan penanggalan Saka yang berasal dari India dan diadopsi di Jawa. Nisan tersebut tidak menggunakan penanggalan Hijriyah.

Baca Juga

Menurutnya, tulisan Arab pada beberapa batu nisan tersebut kemungkinan menandai tempat peristirahatan terakhir orang-orang Jawa asli yang memeluk agama Islam. Karena nisan ini menggunakan penanggalan Saka, jadi besar kemungkinan yang dikubur di pemakaman ini bukan Muslim dari luar Jawa.

Pada beberapa batu nisan Muslim di pemakaman ini juga ditemukan lambang Matahari Majapahit. Lambang ini kemungkinan besar menunjukan bahwa yang dikubur adalah anggota keluarga Kerajaan Majapahit atau Bangsawan Majapahit.

Batu nisan di pemakaman Tralaya yang paling tua bertanggal 1298 Saka atau 1376 M. Pada nisan ini di sisinya terdapat tulisan angka Jawa kuno, dan pada sisi lainnya ada tulisan berbahasa Arab. Batu nisan lainnya di Tralaya bertanggal 1397 Saka atau 1475 M, di antaranya ada nisan yang dihiasi dengan lambang Matahari Majapahit.

Louis Charles Damais sejarawan kelahiran Prancis mengamati bahwa ortografi Arab untuk tulisan Syahadat pada tiga batu nisan salah. Bukti ini menunjukan bahwa penulis Syahadat pada batu nisan itu tahu bagaimana cara mengucapkan kalimat Syahadat, tapi kurang percaya diri untuk menuliskan Syahadat menggunakan huruf Arab.

Selain itu ada kuburan yang cukup mencuri perhatian di Trowulan, karena menggunakan simbol Siwa Lingga yang ditancapkan pada kuburan di kedua sisinya. Sayangnya kuburan tersebut tidak bertanggal sehingga sulit untuk diketahui sejarahnya lebih jauh. Tentu banyak kemungkinan mengapa Siwa Lingga ada di pemakaman yang banyak terdapat kuburan Muslim. Bisa saja seseorang mengambil Siwa Lingga dar situs lain dan menancapkannya di kuburan Muslim.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement