REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosok Opah, nenek si kembar di serial animasi Upin & Ipin digambarkan sebagai karakter bijaksana. Pengisi suara tokoh yang selalu memberikan nasihat kepada para cucunya itu adalah Ainon Ariff.
Tidak cuma mengisi suara Opah, Ainon menjabat sebagai Chief Creative Content Director di Les' Copaque Production, rumah produksi Malaysia yang menggagas Upin & Ipin. Ainon memonitor dengan cermat semua konten tayangan.
Dia menyampaikan, sebisa mungkin skenario di setiap episode harus memuat nilai positif, terutama bagi penonton anak-anak. Sikap hormat kepada orang tua serta berbicara dengan santun adalah sebagian dari nilai baik tersebut.
Tayangan sebisa mungkin tidak menggurui, tapi menunjukkan langsung lewat tingkah laku para tokoh. Ainon memastikan bahwa yang boleh memberikan nasihat hanya karakter dewasa, utamanya Opah dan Tok Dalang.
Sementara, tokoh anak-anak biarlah menjadi selayaknya anak-anak yang bermain bersama. "Kami buat budak-budak (anak-anak) punya perangai elok, supaya budak-budak yang melihat ikut dengan sendirinya," kata Ainon.
Managing Director Les' Copaque Production, Burhanuddin MD Radzi, turut menjadi penggagas karakter dalam animasi. Salah satu tokoh yang dia anggap penting adalah Mail, karena dia ingin sejak kecil anak-anak berminat berbisnis.
Dalam cerita, tokoh Mail yang punya jiwa berdagang selalu berusaha menjual apa saja yang bisa dijual. Tingkahnya itu terkadang menerbitkan kelucuan. Begitu pula dengan tokoh-tokoh lain dengan etnis beragam.
Kawan Upin dan Ipin lainnya, yaitu Jarjit dari etnis Sikh yang suka berpantun, Mei Mei gadis Tionghoa yang manis, serta Susanti asal Indonesia yang baik hati. Burhanuddin memastikan semua tokoh dibuat dengan tepat dan tidak menyinggung.
Suami dari Ainon Ariff itu menyampaikan, Upin & Ipin juga sengaja tidak digambarkan sebagai tayangan yang sepenuhnya Islami. Serial cenderung mengisahkan cerita sederhana yang dekat dengan keseharian.
"Ibu (Ainon) selalu jaga skrip dan konten mesti ada isi. Bahasa harus dijaga, setiap benda dipikir apa ada mudarat. Tapi kami tidak bisa katakan Islami. Lebih bagus tidak Islami tapi semua gaya hidup Islami kami masukkan secara halus," kata Burhanuddin.