REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Impian Ustaz Yusuf Mansur menjadikan Indonesia negeri penghafal bukan sekadar angan belaka. Sebaran rumah-rumah tahfidz yang kian hari kian menjamur membuktikan antusiasme masyarakat Indonesia dengan keberadaan dakwah tahfidzul Qur'an ini.
Menurut General Manager Sosial, Dakwah dan Advokasi PPPA Daarul Qur'an, Ustaz Agus Jumadi yang sekaligus menangani Rumah Tahfdiz Center (RTC) mengatakan bahwa data terkini jumlah rumah tahfidz di seluruh Indonesia yang sudah terverifikasi dengan sistemnya telah mencapai 1.200 lebih.
Dengan misi satu desa satu rumah tahfidz, Ustaz Agus yakin bahwa sebaran dakwah Daarul Qur'an akan terus berkembang setiap waktunya. Terlebih, dakwah ini dapat menyisir seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa hingga para pekerja kantoran. Terbukti dengan adanya rumah tahfidz berbasis hunian, pesantren hingga perusahaan.
Ia tak sendiri. Saat ini, Ustadz Agus dibantu para koordinator daerah (korda) rumah tahfidz yang tersebar di sejumlah wilayah di Indonesia. Setidaknya, kini telah ada 23 korda yang setiap harinya terus bergerilya mencari bibit-bibit rumah tahfidz.
Aktivitas sehari-hari para korda adalah mengunjungi majelis taklim, TPA/TPQ, komunitas dan perusahaan guna menebar syiar Al-Qur'an. Selain itu, mereka juga mendata dan memantau kegiatan rumah tahfidz yang sudah terafiliasi dengan Daarul Qur'an.
Menurut data yang diterima RTC, Pulau Jawa masih mendominasi dengan total 13 korda. Disusul Sumatera dengan lima korda, Kalimantan dengan dua korda serta Bali dan Nusa Tenggara Barat, masing-masing dengan satu korda.
Di antara ke-23 korda tersebut, Lampung 2, Tasikmalaya dan Bali merupakan korda termuda sebab baru diresmikan awal 2020 ini. Namun begitu, pertumbuhan rumah tahfidz di ketiga wilayah tersebut sangat luar biasa. Korda Bali misalnya, di usia yang masih sangat belia, sudah dapat melahirkan 13 rumah tahfidz.
Kini Ustaz Agus tengah mengupayakan sebaran rumah tahfidz hingga wilayah Timur Indonesia seperti Papua. Harapan besarnya, setiap desa di seluruh Indonesia minimal memiliki satu rumah tahfidz.
Tentu saja ikhtiar ini merupakan salah satu upaya untuk mengentaskan buta huruf hijaiyah. Sebab, menurut data Badan Pusan Statistik (BPS) pada 2018, 55,57 persen pemeluk agama Islam di negara dengan muslim terbesar di dunia ini masih belum bisa membaca Al-Qur'an. Jika seluruh masyarakan Indonesia dapat membaca Al-Qur'an, maka hal tersebutlah yang menjadi sebab awal lahir para penghafal Al-Qur'an di tanah air.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat terus membersamai dakwah tahfidzul Qur’an PPPA Daarul Qur’an hingga rumah tahfidz kini menjamur ke seluruh lapisan masyarakat. Semoga setiap ayat dan hafalan para santri mengalir pahalanya untuk donatur,” harap UstaRumah Tahfidz Semakin Menjamur, Ini Lokasi Sebarannya
z Agus