Senin 16 Mar 2020 23:49 WIB

Hikmah di Balik Tuntunan Islam Supaya Mengendalikan Perut

Islam mengingatkan umatnya agar mengendalikan perut.

Islam mengingatkan umatnya agar mengendalikan perut. Cerdas dalam beribadah/ilustrasi()
Islam mengingatkan umatnya agar mengendalikan perut. Cerdas dalam beribadah/ilustrasi()

REPUBLIKA.CO.ID, Soal perut dalam Islam ternyata bukan perkara ringan. Sebaliknya, justru sangat menentukan baik buruknya seorang Muslim, termasuk layak tidaknya untuk bisa masuk surga. Hal ini telah Rasulullah tegaskan dalam sebuah hadisnya.

“Wahai Kaab bin Ujroh, shalat adalah taqarrub, puasa adalah benteng, sedekah menghapuskan kesalahan seperti air memadamkan api. Hai Kaab, tidak akan masuk surga orang yang dagingnya tumbuh dari makanan haram karena neraka lebih dekat dengannya.” (HR Muslim, Nasai, ad-Darami).

Baca Juga

Jadi, perut terlalu kenyang saja sudah cukup membebani seorang hamba bisa merasakan lezatnya ibadah. Apalagi kalau perutnya kenyang dengan makanan haram hasil korupsi, mencuri, menipu, merampok, dan kecurangan-kecurangan lainnya. Pasti akan semakin menyusahkan dan memberatkan masa depannya, baik di dunia lebih-lebih di akhirat.

Oleh karena itu, sudah sepatutnya setiap Muslim memperhatikan apa yang dimakannya, dari mana diperoleh, dan bagaimana cara memperolehnya. Mustahil seorang hamba akan selamat manakala ia tidak memperhatikan makanannya, sehingga benar-benar dapat dipastikan bahwa makanannya selama ini benar-benar terjamin kehalalannya secara utuh.

Di dalam kitab Minhaj Al Abidin, Imam Ghazali ( Hujjatul Islam) mengutip pernyataan Ma'ruf Al Kurkhi yang berkata, “Apabila engkau berpuasa, lihatlah dengan apa engkau berbuka dan dengan siapa. Sebab, berapa banyak orang yang memakan suatu makanan, kemudian hatinya berbalik dan tidak kembali kepada keadaannya yang semula, selama-lamanya.”

Ma'ruf Al Kurkhi melanjutkan, “Berapa banyak makanan yang kemudian menghalangimu mendirikan shalat malam. Dan berapa banyak pandangan haram telah menghalangimu dari membaca Alquran. Terkadang, sepotong makanan bisa menghalangi seorang hamba dari melaksanakan shalat malam selama satu tahun.”

Imam Ghazali berkata, “Jangan harap bisa memperoleh manisnya ibadah jika engkau makan terlalu banyak. Bagaimana cahaya akan bersinar di hati tanpa ibadah? Apa nikmatnya ibadah yang tak disertai rasa manis dan kelezatan?”

Ibadah, pada hakikatnya, jauh lebih nikmat dari apa pun kenikmatan dunia ini. Hal itulah yang bisa kita lihat dari sosok Imam Syafi'i, seorang ulama yang mampu mengkhatamkan Alquran sebanyak 60 kali dalam shalat.

Selain itu, Imam Syafi'i juga memiliki akhlak mulia dan sangat tekun ibadah. Selama 16 tahun, beliau tidak pernah makan sampai kenyang, kecuali hanya sekali. Dan yang sekali itu pun sangat disesalinya. Menurutnya, makan kenyang berdampak negatif terhadap daya pikir dan ibadah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement