REPUBLIKA.CO.ID, Mengarungi bahtera pernikahan membutuhkan seni. Perlu kesabaran dalam mempertahankan rumah tangga.
Dalam kitab Ahkam An Nisa, Ibnul Jauzy berkisah, "Dahulu kala, ada seorang raja di negeri Yaman yang bernama Al Harits bin Amru Al Kindi. Ia mendengar berita bahwa ada seorang wanita yang terkenal dengan kecantikannya.
Wanita itu adalah putri Awf al-Kindi. Lalu sang raja mengutus seorang wanita yang bernama Asham, sebagai comblang, kepada keluarga Awf untuk membuktikan langsung kebenaran berita itu.
Maka, berangkatlah Asham menuju rumah Awf. Sesampainya di sana, ia diterima oleh istri Awf yang bernama Umamah binti al-Harits. Asham mengabarkan maksud kedatangannya. Lalu Umamah menemui salah satu putrinya.
Dari dalam kamarnya, Umamah berkata kepada putrinya, "Wahai putriku, sesungguhnya di luar ada bibimu yang datang kepadamu untuk 'memperhatikan' sebagian urusanmu. Keluarlah engkau. Temui dia. Jangan kau sembunyikan apa pun darinya. Berbicaralah kepadanya sesuai pembicaraan yang dimaksud olehnya."
Singkat cerita, Asham kembali ke sang Raja, mengabarkan apa yang ia lihat. Ia kabarkan bahwa wanita yang ditemuinya adalah seorang wanita yang wajahnya putih bersih layaknya cermin dan untaian rambutnya tersusun indah. Sang Raja bulat hati melamar putri Awf. Lamaran diterima dan Awf menikahkan putrinya dengan sang raja.
Pada malam pertama, sang ibu, mendatangi putrinya. Sang ibu memberinya nasihat berharga sebagai bekal perkawinan. Ia meminta putrinya untuk menjaga 10 hal agar dia bahagia.
"Pertama dan kedua, bergaullah dengannya dengan sikap merasa cukup (qanaah) dan dengarkan baik-baik ucapannya dan taatlah padanya. Sesungguhnya dalam sikap merasa cukup ada ketenteraman hati, sedangkan dalam mendengar dan taat ada keridaan Tuhan."
Ketiga dan keempat, ia meminta putrinya memperhatikan tempat tatapan mata suaminya dan penciumannya. "Jangan sampai matanya tertuju kepada dirimu di saat engkau dalam keadaan jelek dan jangan sampai penciumannya tertuju kepada dirimu di saat dirimu kurang wangi."
Kelima dan keenam, perhatikan waktu tidur dan makannya. Karena panasnya lapar dapat membakar perasaan dan kurangnya tidur dapat menimbulkan marah. Ketujuh dan kedelapan, menjaga hartanya dan memperhatikan kemuliaan dan keluarganya.
Kesembilan dan ke-10, janganlah melawan perintahnya dan jangan bongkar rahasianya. "Jika engkau melawan perintahnya, berarti engkau membuat dadanya cemburu. Jika engkau bongkar rahasianya maka engkau tidak akan aman dari tipu dayanya. Janganlah engkau bergembira di hadapannya di saat ia sedang bersusah hati, dan jangan pula engkau bermuram durja di saat ia sedang bahagia."
Nasihat Umamah binti Al Harits dalam kisah di atas merupakan nasihat yang berharga bagi setiap istri. Khidmatnya seorang istri pada suami akan membuahkan kebahagiaan hidup berumah tangga dan jalan meraih surga.