Selasa 17 Mar 2020 00:28 WIB

Ini Alasan Usulan Jabodetabek Lockdown Parsial?

IDAI telah mengusulkan lockdown parsial di Jabodetabek.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
 Ilustrasi lockdown.  IDAI telah mengusulkan lockdown parsial di Jabodetabek.
Foto: Tim Republika
Ilustrasi lockdown. IDAI telah mengusulkan lockdown parsial di Jabodetabek.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Aman B Pulungan SpA(K) menyerukan pemerintah agar menerapkan lockdown minimal secara parsial di Jabodetabek untuk mencegah penyebaran penyakit akibat infeksi virus corona tipe baru, Covid-19. Apa perlunya?

"Jabodetabek tolong ditutup akses keluar dan masuk, kecuali memang harus, lapor secara resmi ke satgas atau pihak terkait. Sekarang ini kan orang masih ke mana-mana," ujarnya di Jakarta, Senin (16/3).

Baca Juga

Aman mengungkapkan, Jabodetabek merupakan sumber penularan Covid-19 paling besar, khususnya bagi anak-anak yang memiliki kekebalan tubuh lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Kasus di Solo, Jawa Tengah, penularannya dari Bogor. Sementara itu, DI Yogyakarta mengatakan, penularan kemungkinan dari Depok.

"Jadi, berarti Jabodetabek sumber penularan paling besar," kata Aman.

Menurut Aman, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bisa memerinci jumlah orang dalam pengawasan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP). Aman juga menyerukan agar pemerintah berlaku transparan dalam mengumumkan informasi mengenai klaster penularan Covid-19 yang terjadi di Indonesia agar masyarakat bisa lebih waspada terhadap risiko penularan penyakit.

"Jadi, lockdown parsial. Kita tidak perlu memperdebatkan apa itu. Serahkan pada ahlinya apa yang harus dilakukan. Harus siap," ujarnya.

Sementara itu, konsultan tumbuh kembang-pediatri sosial Dr dr Hartono Gunardi SpA(K) mengatakan, untuk memperkecil transmisi atau penularan Covid-19, pemerintah harus membatasi pergerakan orang dengan lockdown. Pembatasan ini adalah pembatasan pergerakan orang sehingga penularan atau transmisi virus ini bisa di tekan. 

"Bila pembatasan sosial berjalan dengan baik maka efektivitasnya bisa mirip dengan lockdown. Yang kita tahu bahwa orang tidak bisa keluar seperti di negara Wuhan, RRC," ujar Ketua Bidang I PP IDAI itu.

Hartono mengatakan, Anies sudah menganjurkan sekolah ditutup dan pegawai pemerintahan juga tidak perlu ke kantor. Namun, kesempatan ini tidak diartikan tidak sekolah dan bebas jalan-jalan.

"Jadi, mohon ditekankan, ini dalam dua minggu kita harus diam di rumah. Kalau tidak perlu sekali, tidak perlu keluar. Tujuannya untuk pembatasan sosial agar virus tidak menyebar ke mana-mana," ujar Hartono. 

Hartono mengingatkan agar dua pekan ini tidak dipakai jalan-jalan, apalagi membawa anak-anak. Terlebih, dia menyarankan orang tua tidak membawa anak-anak ke keluarga di luar Jakarta karena nanti bisa menyebarkan virus ke mana-mana 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement