REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kementerian Agama dan Sokongan Gaza mengeluarkan arahan tentang beribadah di publik di tengah penyebaran virus corona atau Covid-19 di seluruh dunia, Senin (16/3).
Dalam pedoman itu, kementerian melarang warganya yang menderita flu atau penyakit menular lainnya, orang tua, serta yang sistem kekebalan tubuhnya lemah berpartisipasi dalam ibadah massal di masjid. Larangan ini dikeluarkan karena berisiko terhadap kesehatan mereka dan kemungkinan menulari orang lain.
Dalam konteks ini, masjid disebut sebagai lokasi yang nyaman menyebarkan penyakit menular. Hal ini karena dalam satu hari ada lima kali shalat berjamaah dan antarjamaah berdiri dalam posisi yang dekat.
Kementerian juga menginstruksikan durasi shalat wajib di masjid dipersingkat. Umat Muslim Gaza diimbau beribadah di rumah dan bagian wanita di masjid ditutup karena mereka tidak diharuskan beribadah di masjid.
Kementerian menjelaskan langkah-langkah pencegahan akan dilakukan sejalan dengan situasi terbaru. Hingga saat ini, tidak ada kasus virus cirona yang terdeteksi di Gaza.
Ketika ke depannya ada pasien yang dikonfirmasi terinfeksi ditemukan, kementerian akan mengambil langkah yang lebih tegas. Tindakan tersebut termasuk melarang akses ke masjid dan tempat-tempat umum lainnya.
Direktur Jenderal Departemen Kesehatan di Jalur Gaza mengonfirmasi tidak ada kasus virus corona baru di Gaza, Ahad (15/3). Sementara pada Jumat (13/3), Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah (COGAT) yang dipimpin Jenderal Kamil Abu Rukun, mentransfer sekitar 200 alat uji virus corona ke Jalur Gaza melalui persimpangan Erez.
"Virus dan penyakit tidak memiliki batas. Karenanya, mencegah penyebaran virus corona di Jalur Gaza dan memberantas wabahnya di wilayah Yudea dan Samaria adalah kepentingan utama Israel. Wabah seperti ini dapat membahayakan kesehatan rakyat Israel," ujarnya dikutip di Israel National News, Selasa (17/3).
Otoritas Gaza pada Sabtu mendeklarasikan serangkaian tindakan pencegahan di tengah kekhawatiran tentang penyebaran virus corona baru di daerah kantong pantai. Langkah-langkah yang diumumkan adalah penutupan perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir, dan persimpangan Erez dengan Israel.
Selain itu, sekolah dan universitas di Jalur Gaza ditutup hingga akhir Maret. Semua warga yang kembali dari luar Gaza akan ditempatkan di karantina, di bawah pengawasan ketat.
Jalur Gaza terbebas dari virus corona baru. Lebih dari 30 kasus telah dikonfirmasi pada Sabtu di wilayah-wilayah yang ditunjuk oleh Otoritas Palestina di Judea dan Samaria, yang dikelola oleh Fraksi Fatah pimpinan Ketua Presiden Mahmoud Abbas. Sebagian besar kasus corona virus di Palestina tercatat di kota Bethlehem.