Selasa 17 Mar 2020 12:59 WIB

Antisipasi Corona, Taj Mahal Ditutup Hingga Akhir Maret

Penutupan Taj Mahal dilakukan hingga 31 Maret untuk mengantisipasi corona.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Putri Diana terduduk sendirian dengan latar Taj Mahal dalam lawatannya di tahun 1992.(ist)
Foto: ist
Putri Diana terduduk sendirian dengan latar Taj Mahal dalam lawatannya di tahun 1992.(ist)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Taj Mahal telah ditutup untuk menghentikan penyebaran virus corona. Penutupan dilakukan hingga 31 Maret 2020.

"Puluhan ribu orang mengunjungi monumen cinta ini setiap hari dan sangat penting untuk menutupnya," kata Kementerian Kebudayaan India, dilansir di BBC, Selasa (17/3).

Baca Juga

Taj Mahal adalah salah satu tempat wisata terkemuka di dunia. Obyek wisata ini dikunjungi sebanyak 70 ribu orang setiap hari.

Saat ini, India memiliki 114 kasus Covid-19 dan dua kematian terkait.  Sejauh ini 6.000 orang telah dites kesehatannya.

Beberapa monumen penting lainnya, museum dan bangunan bersejarah juga telah ditutup di seluruh negeri untuk menjaga orang-orang tetap aman. Menteri Kebudayaan Prahlad Patel mengatakan monumen akan tetap ditutup hingga 31 Maret dan keputusan akan ditinjau setelah periode penutupan.

Sebelumnya India telah mengambil sejumlah langkah untuk menghentikan penyebaran Covid-19. Semua visa, kecuali beberapa kategori tertentu, telah ditangguhkan selama satu bulan.

Perjalanan bebas visa yang diberikan kepada warga negara di luar negeri telah ditangguhkan hingga 15 April. Bahkan, mereka yang diizinkan masuk dapat dikenakan karantina selama 14 hari.

Sekolah, kampus, dan teater film di sebagian besar negara bagian telah ditutup hingga 31 Maret. India Premier League (IPL), yang menampilkan hampir 60 pemain asing dan dijadwalkan mulai pada 29 Maret, telah ditunda hingga 15 April.

Kementerian kesehatan India mengatakan India adalah salah satu negara pertama di dunia yang bersiap untuk wabah penyakit tersebut. Mereka membantah tuduhan bahwa mereka lambat dalam menguji dugaan kasus virus ini.

Para ahli mengatakan bahwa India berada dalam fase kritis di mana ia harus menghentikan penyebaran virus ke komunitas. Negara ini hanya menguji 6.000 orang sejauh ini. Banyak yang percaya bahwa jumlah itu tidak cukup untuk menghentikan penyebaran.

Para ahli mengatakan bahwa India perlu mulai menguji ribuan orang setiap hari untuk secara efektif menghentikan penyebaran ke komunitas. Pemerintah mengatakan sudah siap dan sekarang telah mengizinkan laboratorium swasta untuk menguji, di luar laboratorium yang dikelola pemerintah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement