Selasa 17 Mar 2020 13:47 WIB

DPR Ingatkan Penonaktifan Tatap Muka di Sekolah Bukan Libur

Proses belajar mengajar harus tetap berjalan meski tanpa tatap muka.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Gita Amanda
Dua anak menonton video belajar digital dari rumah di Bandung, Jawa Barat, Selasa (17/03/2020). (ANTARA /M Agung Rajasa)
Foto: ANTARA /M Agung Rajasa
Dua anak menonton video belajar digital dari rumah di Bandung, Jawa Barat, Selasa (17/03/2020). (ANTARA /M Agung Rajasa)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi X (Pendidikan) DPR RI Andreas Hugo Pareira mengingatkan, penonaktifan aktivitas pertemuan tatap muka antara siswa maupun mahasiswa di sekolah maupun universitas bukan berarti liburan. Proses belajar mengajar harus tetap berjalan meski tanpa tatap muka.

"Patut dicatat dan menjadi perhatian dunia pendidikan, bahwa penonaktifan pertemuan tatap muka di Perguruan Tinggi dan di sekolah ini tidak diartikan sebagai liburan," kata Andreas dalam pesan yang diterima Republika, Senin (17/3).

Baca Juga

Politikus PDI Perjuangan ini mengingatkan, mebijakan sejumlah kepala daerah untuk menonaktifkan aktivitas tatap muka di universitas maupun sekolah knj seharusnya dijelaskan dan dimaknail oleh rektor, civitas akademika kampus, para kepala sekolah, guru dan siswa untuk bekerja dan melaksanakan tugas-tugas perkuliahan, ujian, pengajaran dan aktivitas lainnya dari rumah.

Aktivitas pendidikan dari rumah ini, menurut Andreas, bisa dilaksanakan dengan media pelayananan online atau daring yang tersedia. Tujuan utamanya tetap sama, yakni untuk menghindari atau memperkecil ruang penularan virus Covid-19.

"Catatan ini harus ditegaskan kembali karena terjadi pemaknaan yang salah, seolah penonaktifan pertemuan tatap muka sama dengan liburan atau meliburkan siswa/mahasiswa, yang artinya berdiam d rumah, atau malah jalan2 berlibur yang justru membuka ruang penyebaran virus diluar PT atau sekolah," ujarnya.

Oleh karena itu, Andreas mengimbau guru maupun dosen agar memberikan tugas kepada siswa atau mahasiswanya. Kemudian, tugas dan hasil kerja selama di rumah tersebut diberikan penilaian sesuai aturan di masing-masing sekolah maupun perguruan tinggi.

"Penilaian ini perlu sehingga makna kerja dari rumah ini tidak disalahartikan dengan liburan," kata dia menegaskan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement