REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG—Aktivitas ibadah dan keagamaan di masjid yang ada di Jawa Tengah masih bisa dilaksanakan dengan syarat tetap melaksanakan protokol kesehatan yang ketat. Ini untuk mengurangi risiko penyebaran virus corona di lingkungan tempat ibadah tersebut.
Keputusan ini diambil dalam pertemuan antara Majelis Ulama Indonesia (MUI), sejumlah takmir masjid besar, perwakilan ormas keagamaan Islam, perwakilan pondok pesantren serta Organisasi Perangkat Daerah (OPD), di lingkungan Pemprov Jawa Tengah, yang digelar di kantor Gubernur Jawa Tengah, Selasa (17/3).
Guna menyikapi antisipasi risiko penyebaran virus corona di lingkungan tempat ibadah (masjid), Pemprov Jawa Tengah telah menggelar pertemuan, guna menyikapi persoalan aktivitas ibadah di tengah upayabersama memutus mata rantai penyebaran virus corona tersebut.
“Ada banyak hal yang disampaikan para ulama dan akhirnya disepakati untuk bekerjasama dan saling berkomunikasi dalam memutuskan kebijakan yang akan diambil, khususnya tentang pelaksanaan ibadah di masjid,” ungkap Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Dari pertemuan ini, lanjutnya, akhirnya disepakati agar berbagai kegiatan keagamaan yang mengundang kerumunan massa (jamaah) dalam jumlah yang cukup besar, untuk sementara ditiadakan.
Apabila harus dilakukan, maka harus diperketat protokol serta SOP kesehatannya sebagai langkah preventif guna mengurangi risiko penyebaran virus corona, khususnya di wilayah Jawa Tengah.
“Seperti pelaksanaan sholat Jumat, akan diseleksi betul masyarakat yang akan melaksanakan. Mereka akan dicek kesehatannya, pintu masuk masjid terfokus satu pintu dan disediakan sabun serta hand sanitizer untuk jamaah sebelum masuk masjid,” jelas gubernur.
Selain itu, keputusan bersama juga telah diambil, terkait dengan kegiatan gotong royong untuk bersama- sama membersihkan bangunan dan mensterilkan lantai masjid maupun mushala agar bersih dan higienis.
Karpet yang ada di tempat ibadah untuk sementara akan digulung dan masyarakat maupun para jamaah yang akan melaksanakan ibadah di masjid, diimbau untuk membawa alas bisa tikar atau sajadah secara mandiri.
Apabila nantinya ada perkembangan terbaru, terkait dengan upaya mengurangi risiko penyebaran virus corona, para ulama juga sepakat akan mengikuti segala keputusan yang diambil oleh pemerintah.
“Kekuatan ulama tersebut juga akan kami optimalkan dalam upaya memperkuat sosialisasi kepada masyarakat, mengenai langkah-langkah dan upaya untuk mencegah penyebaran virus corona di Jawa Tengah ini,” tegas gubernur.
Kalangan pondok pesantren yang ada di Jawa Tengah, masih kata Ganjar, juga sudah menyepakati untuk turut serta melakukan upaya- paya pncegahan dan penanggulangan penyebaran virus corona.
Dalam forum pertemuan kali ini juga disepakati, bahwa santri pondok pesantren untuk sementara waktu juga dilarang pulang dan mereka juga dilarang untuk dijenguk oleh keluarga masing-masing.
Sehingga pondok-pondok pesantren di Jawa Tengah bakal seperti ‘tempat isolasi’. Kendati begitu, para santrinya tidak lantas harus berdiam diri atau sama sekali tidak produktif selama berada di lingkungan pondok.
Forum pertemuan ini mengusulkan agar momentum tersebut sebaiknya dilakukan untuk berbagai membersihkan semua tempat- tempat yang ada di lingkungan pondok pesantren. “Sehingga lingkungan pondok pesantren juga ikut mendukung upaya meminimalkan risiko penyebaran virus corona,” katanya.
Sementara itu, Ketua MUI Jawa Tengah, KH Ahmad Daroji, dalam kesempatan ini juga mengatakan, pertemuan ini dilakukan untuk mengambil langkah terhadap sejumlah kegiatan keagamaan di Jawa Tengah.
Sebab,MUI Pusat telah mengeluarkan fatwa, bahwa dalam kondisi yang tidak terkendali, maka pelaksanaan ibadah di masjid seperti sholat Jumat bisa ditiadakan. “Tak terkecuali dalam menyikapi penyebaran virus corona seperti sekarang ini,” jelasnya.
Forum pertemuan ini, masih jelas Ahmad Daroji, juga memutuskan bahwa kondisi di Jawa Tengah masih terkendali, sehingga pelaksanaan ibadah shalat Jumat tetap akan dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang diperketat.
Adapun beberapa langkah yang akan diambil dalam pelaksanaan ibadah shalat Jumat di masjid adalah memperbanyak fasilitas sanitasi, berupa sabun cuci tangan dan hand sanitizer di tempat- tempat wudhu, pembatasan akses masuk serta pengecekan kesehatan jamaah shalat Jumat.
Sangat disarankan, seluruh jamaah shalat Jumat sebelumnya akan dilakukan pengecekan kondisi suhu tubuhnya menggunakan thermal gun. “Sulit memang, namun kami meminta agar para takmir masjid dengan jamaah yang besar untuk mengupayakan,” katanya.
Sejumlah masjid dan mushala lanjut dia juga sudah diperintahkan melakukan bersih- bersih di lingkungan masing- masing. Seluruh karpet yang ada, telah diperintahkan untuk digulung dan jamaah dihimbau membawa alas shalat sendiri.
Walaupun kondisi Jawa Tengah saat ini masih cukup terkendali, akan tetapi pelaksanaan ibadah di masjid- masjid agar tetap dilaksanakan dengan mengedepankan protokol kesehatan, utamanya dalam mencegah penyebaran virus Corona tersebut.
“Apabila nanti kondisinya tidak terkendali, maka shalat Jumat akan ditiadakan. Bahkan shalat wajib lain juga akan ditiadakan dan masyarakat diimbau untuk menunaikan ibadah di rumah masing- masing,” lanjut Ahmad daroji.