REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat menjalankan program tes proaktif pengecekan kesehatan untuk meminimalisir penyebaran virus corona. Tes ini diharap bisa mempercepat kebutuhan dinas kesehatan untuk mencari tahu siapap saja yang tengah terjangkit virus tersebut.
Menurut Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, DPRD baru menyetujui penggunaan anggaran mencapai Rp 24 miliar untuk pembelian alat tes korona tahap kedua. Kemungkinan dana ini baru bisa dipergunakan membeli barang 4-5 hari ke depan.
Menurutnya, jika memang alat sudah ada, tes proaktif tahap kedua yang bisa dimanfaatkan masyarakat umum kemungkinan bisa berjalan. "Kalau barang datang (pengetesan) bisa kita lakukan," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Selasa (17/3).
Emil mengatakan tes ini dilakukan beberapa tahap. Untuk tahap pertama pihaknya akan memprioritaskan orang dalam pengawasan atau ODP maupun pasien dalam pengawasan (PDP).
"Karena saat ini banyak yang mengantre di Jakarta, di Balitbangkes untuk melakukan tes COVID-19. Nah bisa sekarang menggunakan tes proaktif," katanya.
Emil menjelaskan, alat tes untuk pengecekan virus corona dalam diri seseorang masih terbatas. Dengan demikin pihaknya melakukan pemilihan dan memprioritaskan terlebih dahulu yang memang masuk dalam kluter ODP dan PDP.
Namun, jika alat masih banyak dan warga yang ingin melakukan tes karena merasa tidak enak badan, bisa mencobanya. "Tahap kedua nanti untuk yang mereka tidak nyaman badan baru bisa," katanya.
Meski demikian, ada persyaratan tertentu ketika seseorang akan diperiksa di mana menyesuaikan dengan arahan pemerintah pusat. Yaitu, mereka yang sakit flu, batuk demam, dan merasa pernah kontak dengan mereka yang positif terpapar corona.
Ridwan pun telah menjalani tes mandiri pada Ahad (15/3) yang hasilnya telah diketahui, bahwa Ridwan dan istri negatif Covid-19. Alat dan tempat pengecekan dengan standar Bio Safety Level 2+‚ yang dimiliki UPTD Laboratorium Kesehatan (Labkes) Jabar.
Labkes Jabar berkoordiasi dengan Lab Mikrobiologi dan Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi Institut Teknologi Bandung (ITB)
Dalam teknis pelaksanaan‚ spesimen yang diambil dari setiap sampel sebanyak 2 set spesimen. Untuk satu set spesimen akan dikirim ke Balitbangkes Kementerian Kesehatan, den 1 set spesimen dikirim ke Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat untuk diperiksa. Laporan hasil pemeriksaan tetap akan disampaikan dan dikeluarkan oleh Public Health Emergency Operation Center (PHEOC).
Tak hanya Emil dan istri, semua pihak yang ada di kluster menteri khususnya ketika berada di BIJB saat itu dites. Namun hasilnya belum bisa diumumkan karena hal itu merupakan kewenangan protokol pusat.
"Daerah hanya akan menindaklanjuti laporan dari pusat seandainya ada warga Jabar yang terkonfirmasi positif covid-19," katanya.