Selasa 17 Mar 2020 16:45 WIB

Berdayakan Laboratorium Daerah Konfirmasi Covid-19

Sentralisasi dalam konfirmasi hasil laboratorium pengujian COVID-19 Menyulitkan

Seorang petugas laboratorium membawa spesimen nasofaring dan orofaring milik seorang pasien suspect Covid-19 yang dirawat di ruang isolasi instalasi paru Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dumai di Dumai, Riau, Rabu (4/3/2020).(Antara/Aswaddy Hamid)
Foto: Antara/Aswaddy Hamid
Seorang petugas laboratorium membawa spesimen nasofaring dan orofaring milik seorang pasien suspect Covid-19 yang dirawat di ruang isolasi instalasi paru Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dumai di Dumai, Riau, Rabu (4/3/2020).(Antara/Aswaddy Hamid)

REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA -- Ahli epidemiologi dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat Defriman Djafri Ph.D mengatakan sebenarnya pemerintah dapat memberdayakan laboratorium yang ada di berbagai daerah untuk mengonfirmasi positif atau negatifnya virus corona (COVID-19).

"Pemerintah mungkin mempertimbangkan masalah keamanan dan sebagainya, tapi masing-masing daerah sebenarnya sudah ada lab yang bisa mengonfirmasi hasil dari COVID-19," kata dia saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (17/3).

Ia menilai kebijakan sentralisasi dalam hal konfirmasi hasil laboratorium pengujian COVID-19 saat ini cukup menyulitkan, apalagi di daerah-daerah luar Jakarta. "Selama ini saat terdapat suspect di daerah, maka sampelnya harus dibawa ke Jakarta terlebih dahulu. Itu kan sulit," kata dia.

Selain pemberdayaan laboratorium daerah, karantina daerah-daerah tertentu terkait COVID-19 juga perlu diperhatikan. Hal itu mengingat penurunan distribusi penyakit cukup signifikan yang terjadi di China saat negara tersebut memberlakukan kebijakan karantina daerah dengan larangan masuk dan keluar orang-orang dari suatu daerah.

Kemudian,  yang sakit ditangani, dan yang sehat berdiam diri atau isolasi secara mandiri dan diberikan suplai makanan serta kebutuhan cukup."Seharusnya ini sudah dipersiapkan  pemerintah sehingga tidak menjadi panik di masyarakat yang bisa saja menimbulkan masalah baru," ujarnya.

Apalagi, bagi masyarakat awam di sejumlah daerah masih ada yang melihat COVID-19 sebagai sesuatu yang asing karena belum pernah terjadi sebelumnya."Seolah belum terjadi di Indonesia, padahal sebenarnya kita sudah pernah mengalami kasus pandemi lain misalnya cacar dan ini juga melibatkan upaya isolasi diri," katanya.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement