Seekor lutung jawa loncat dari satu pohon ke pohon lainnya saat mencari makan di lokasi konservasi di kawasan Mangrove Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.(FAKHRI HERMANSYAH/ANTARA FOTO) (FOTO : FAKHRI HERMANSYAH/ANTARA FOTO)
Pengunjung menaiki perahu untuk menuju lokasi konservasi lutung jawa dan wisata mangrove di Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.(FAKHRI HERMANSYAH/ANTARA FOTO) (FOTO : FAKHRI HERMANSYAH/ANTARA FOTO)
Daman mengecek area jembatan kayu yang menjadi akses untuk pengunjung menuju lokasi konservasi lutung jawa di kawasan Mangrove Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.(ANTARA FOTO) (FOTO : ANTARA FOTO)
Seekor lutung jawa menggendong anaknya yang bulunya masih berwarna kuning keemasan di lokasi konservasi di kawasan Mangrove Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.(FAKHRI HERMANSYAH/ANTARA FOTO) (FOTO : FAKHRI HERMANSYAH/ANTARA FOTO)
Foto udara sejumlah tambak yang ada di kawasan Mangrove Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.(FAKHRI HERMANSYAH/ANTARA FOTO) (FOTO : FAKHRI HERMANSYAH/ANTARA FOTO)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Suara mesin diesel perahu nelayan mulai terdengar sayup-sayup di Kecamatan Muaragembong. Para pemilik perahu wisata berteriak bersaut-sautan menawarkan jasa menuju kawasan mangrove di Kampung Muara Bendera.
Sesampainya di kawasan yang juga menjadi lokasi konservasi lutung jawa (Trachypithecus auratus) tersebut, pengunjung harus berjalan melewati jembatan kayu yang sudah tua dan reyot serta rumah kayu yang sudah terlihat dari pinggir laut saat perahu menepi.
Daman (37), seorang warga Kampung Muara Bendera yang menjaga daerah tersebut menyambut kedatangan pengunjung. Dia menjelaskan kepada pengunjung biasanya pada siang hari merupakan waktu bagi lutung jawa mencari makan dan minum.
Tak lama berselang, puluhan primata tersebut turun dari pohon untuk mencari air tawar di bak yang sudah disiapkan ole pria bertubuh kurus tersebut.
sumber : Antara
Advertisement