Rabu 18 Mar 2020 06:33 WIB

Iran Peringatkan Jutaan Kematian Akibat Corona

Iran menawarkan tiga skenario dalam menangani virus Corona.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Bilal Ramadhan
Warga Teheran Iran melintasi jalanan kota menggunakan masker, Sabtu (22/2). Meyusul kematian 5 warga Iran yang terjangkit Corona Virus (COVID-19) pemasaran masker di negara ini melonjak drastis.(ABEDIN TAHERKENAREH/EPA EFE)
Foto: ABEDIN TAHERKENAREH/EPA EFE
Warga Teheran Iran melintasi jalanan kota menggunakan masker, Sabtu (22/2). Meyusul kematian 5 warga Iran yang terjangkit Corona Virus (COVID-19) pemasaran masker di negara ini melonjak drastis.(ABEDIN TAHERKENAREH/EPA EFE)

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran telah mengeluarkan peringatan mengerikan dengan menyatakan jutaan orang bisa meninggal dunia karena virus corona. Kondisi tersebut dapat terjadi ketika warga terus melakukan kegiatan bepergian dan mengabaikan nasihat kesehatan.

Studi oleh Universitas Teknologi Sharif Teheran menawarkan tiga skenario mengenai wabah Covid-19 di Iran. Peneliti studi Dr Afruz Eslami menjelaskan, jika orang mulai bekerja sama sekarang, Iran akan menemukan 120 ribu infeksi dan 12 ribu kematian sebelum wabah berakhir.

Jika mereka menawarkan kerja sama menengah, akan ada 300 ribu kasus dan 110 ribu kematian. Namun, Eslami menjelaskan, jika orang gagal mengikuti petunjuk apa pun, itu bisa menghancurkan sistem medis Iran yang sudah terkoyak.

"Fasilitas medis tidak memadai. Akan ada 4 juta kasus dan 3,5 juta orang akan meninggal," kata dia.

Dikutip dari Aljazirah, Eslami tidak memerinci metrik yang digunakan studi tersebut, tetapi melaporkan di TV Pemerintah Iran bahwa pengaturan ketat akan membuat perubahan besar bagi negara yang para pejabatnya selama berhari-hari membantah keras krisis virus corona. Setidaknya 12 politisi dan pejabat Iran kini telah meninggal karena penyakit tersebut, sementara 13 lainnya telah terinfeksi dan sedang dalam karantina atau dirawat.

Negara ini telah melaporkan sebanyak 16.169 kasus dengan total kematian 988 orang pada Rabu (18/3). Iran telah berjuang untuk menahan penyebaran cepat virus, termasuk 1.178 kasus baru yang dikonfirmasi dalam 24 jam terakhir.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengeluarkan keputusan agama yang melarang perjalanan tidak perlu di negara itu pada Selasa (17/3). Tekanan itu terjadi ketika publik mengabaikan peringatan berulang kali. Iran telah mendesak orang untuk tetap di rumah, tetapi banyak yang mengabaikan seruan itu.

Peristiwa yang ramai terjadi ketika pemerintah menutup tempat Imam Reza Masyhad dan tempat Fatima Masumeh milik Qom. Keputusan ini membuat orang berdemonstrasi karena mereka biasanya mengunjungi tempat itu tanpa ada pembatasan sama sekali.

Polisi kemudian membubarkan massa. Otoritas agama dan seminari Qom yang terkenal menyebut demonstrasi itu sebagai penghinaan terhadap kuil, mendesak umatnya untuk mengandalkan kebijaksanaan dan kesabaran di tengah penutupan.

Tempat beribadah di Iran menarik banyak umat Syiah dari seluruh Timur Tengah untuk berziarah. Kondisi ini kemungkinan berkontribusi pada penyebaran virus di seluruh wilayah. Untuk menahan laju lalu lintas masuk wisatawan atau peziarah, Iran telah mengerahkan tim-tim untuk menyaring  orang yang meninggalkan kota-kota besar di 13 provinsi, termasuk Ibu Kota Teheran.

Tim-tim akan memeriksa suhu tubuh dan mengirim mereka yang demam ke pusat-pusat karantina. Juru bicara Kementerian Kesehatan Kianoush Jahanpour mengatakan, lebih dari 15 juta orang Iran telah disaring karena gejalanya.

Menurut Kementerian Kesehatan, tren peningkatan infeksi yang dilaporkan karena meningkatnya jumlah tes yang dilakukan. Sekitar 9 dari 10 orang dalam 18 ribu kasus virus baru yang dikonfirmasi di Timur Tengah berasal dari Iran.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement