Rabu 18 Mar 2020 15:31 WIB

Pemerintah: Jangan Beri Stigma Orang Positif Corona

Salah satu bentuk social distancing adalah menjaga jarak hingga lima langkah.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Agus Yulianto
 Wiku Adisasmito
Foto: Istimewa
Wiku Adisasmito

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pemerintah melalui Gugus Tugas Penanganan virus novel corona (Covid-19) meminta masyarakat supaya tidak memberi stigma pada orang yang terinfeksi virus ini. Orang yang terinfeksi virus ini juga korban penularan.

"Hindari stigma. Penyakit ini disebabkan virus dan tidak ada hubungannya dengan perilaku negatif," ujar Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Wiku AdisasmitoWiku Adisasmito saat video conference yang ditayangkan melalui akun youtube saluran BNPB, Rabu (18/3).

Karenanya, dia meminta, masyarakat justru harus membantu korban. Sebab, di satu sisi korban juga harus tahu diri bahwa ia tertular virus ini bukan akibat dari kegiatan negatif. 

"Masyarakat secara keseluruhan harus tetap waspada karena kita berhadapan dengan musuh yang teridentifikasi, tetapi belum paham cara kerjanya. Makanya, hilangkan kontaknya, jadi virus tidak berkembang, penularan turun, kasus turun," katanya.

Karena itu, pemerintah melalui gugus tugas penanganan virus novel corona (Covid-19) menginstruksikan masyarakat mematuhi social distancing untuk menghindari penularan. Salah satu bentuk social distancing adalah menjaga jarak hingga lima langkah.

"Social distancing artinya menjaga jarak sosial dengan orang lain yaitu lima langkah," ujarnya.

Ia mengimbau, masyarakat benar-benar mematuhinya dan beraktivitas di rumah. Misalnya belajar di rumah untuk menghindari kontak erat sebab jika tetap memaksa menempuh ilmu di kampus maka ini menjadi risiko karena jarak antara satu orang dengan orang lain berdekatan. 

Kalaupun harus pergi dari rumah, dia meminta, masyarakat untuk sementara tidak berjabat tangan dengan orang lain, sering mencuci tangan, sebisa mungkin hindari kerumunan. Selain itu, masyarakat bisa menggunakan masker wajah atau sapu tangan ketika berada di tempat ramai dan hindari pegangan tangan di commuter line (KRL) hingga tombol di lift.

"Kalau (keluar rumah) tidak bisa dihindari, maka sering cuci tangan," katanya.

Dia juga meminta, masyarakat menerapkan etika batuk dengan benar yaitu menggunakan siku, lengan sehingga partikel air liur (droplet) tidak menyebar. Tak hanya itu, masyarakat menjaga daya tahan tubuhnya. Sebab, penyakit ini bisa dilawan dengan daya tahan tubuh manusia.

Menurut dia, kalau tubuh sehat, maka virus ini dilawan antibodi yang sudah ada di tubuhnya. Pihaknya meyakini, upaya-upaya ini lebih efektif karena jumlah masyarakat Indonesia lebih banyak yang sehat dibandingkan yang terinfeksi virus itu.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement