REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso (RSPI SS) Jakarta, Muhammad Syahril, mengatakan bahwa pos pemantauan di rumah sakit rujukan nasional tersebut tidak melakukan pemeriksaan bebas Covid-19. Pos tersebut diadakan untuk keperluan screening atau pemindaian kondisi pasien.
"Tidak boleh pasien tahu-tahu datang, ingin diperiksa corona, dan meminta tanda bebas corona. Sudah ada SOP (prosedur standar operasional) dan ketentuan yang berlaku,” ujar Direktur Utama RSPI SS Mohammad Syahril di Jakarta, Rabu.
Hingga Selasa (17/3) pukul 21.00 WIB, sebanyak 1.134 orang dalam pemantauan (ODP) datang ke pos pantau RSPI. Kebanyakan ODP yang datang tidak mempunyai gejala sedang atau berat terkait corona, sehingga mereka diberikan informasi dan edukasi mengenai virus jenis baru yang menyerang saluran pernapasan itu.
Pemindaian yang dilakukan di pos pemantauan akan menentukan apakah ODP yang datang memerlukan tindakan lebih lanjut. “Tetapi begitu ada (ODP yang mengalami) gejala cukup berat, kami akan alihkan ke IGD,” kata Syahril.
Apabila setelah diperiksa di IGD, orang tersebut memerlukan pemeriksaan lanjutan, maka akan dijadwalkan untuk pemeriksaan kesehatan (medical check up). Bisa jadi, mereka juga perlu menjalani pemeriksaan khusus corona dengan metode swab cairan mulut.
"Pengambilan sampel dengan swab cepat sekali, lalu dikirim ke Litbangkes, sampai keluar hasil dibutuhkan dua sampai tiga hari. Jadi, yang lama menunggu hasil di sana,” ucap Syahril.
Berdasarkan data hingga Rabu, RSPI SS menangani 16 pasien Covid-19, yakni tiga pasien dalam pemantauan (PDP), delapan pasien positif corona, dan satu pasien meninggal dengan hasil uji negatif corona. Dengan satu pasien Covid-19 yang berhasil sembuh serta dua PDP telah dipulangkan hari ini, kemudian dikurangi pula pasien meninggal dunia, total yang masih dirawat delapan orang.