Rabu 18 Mar 2020 23:31 WIB

Istri Berhak atas Materi, tapi Jangan Lupakan Hak Spiritual

Istri mempunyai hak spiritual dalam hidup berumah tangga.

Istri mempunyai hak spiritual dalam hidup berumah tangga. Ilustrasi pernikahan.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Istri mempunyai hak spiritual dalam hidup berumah tangga. Ilustrasi pernikahan.

REPUBLIKA.CO.ID, Istri sebagai patner suami dalam rumah tangga tentu harus paham hak dan kewajibannya. Sehingga, dia tidak akan menuntut sesuatu yang bukan haknya. Dan sadar jika ia tak menunaikan kewajiban dengan baik, akan terjadi permasalahan cepat atau lambat. Begitu juga dengan suami. Dengan mengetahui hak dan kewajiban seorang istri, dia akan bisa menempatkan diri.

Lalu apakah memberi nafkah, pakaian, tempat tinggal adalah hak paling utama seorang istri? Adakah hak lain yang harus ditunaikan seorang suami? Imam Ghazali berkata, seorang istri bukan hanya membutuhkan kebutuhan materi semata. Ia memang memerlukan makan, minum, pakaian, dan tempat berteduh. Tapi, yang tak kalah pentingnya adalah pemberian kasih sayang, sentuhan yang lembut, wajah ceria, dan perkataan yang baik dari suami.

Baca Juga

Hal ini didasarkan pada beberapa ayat Alquran utamanya surah an-Nisa. Dalam ayat 19 Allah SWT berfirman ".... Dan pergaulilah mereka (istri-istrimu) dengan cara yang makruf ...." Pada ayat ke-36 surah yang sama Allah berfirman "Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya ...."

Para ahli tafsir menukil yang dimaksud teman sejawat dalam ayat di atas adalah istri. Jadi, ungkap Imam Ghazali, berkahlah baik kepada istri bukan hanya tidak menyakiti mereka tapi juga sabar menerima keluhan mereka. Termasuk santun saat istri sedang marah atau emosi.

Hal ini dicontohkan Rasulullah SAW saat menghadapi Aisyah RA yang sedang dilanda kesal. Rasulullah bersabda, "Sungguh aku tahu saat engkau marah dan saat engkau ridha." Aisyah berkata, "Bagaimana engkau tahu?" Rasul berkata "Kalau engkau rela, engkau berkata 'Tidak demi Rabb Muhammad' dan bila engkau marah engkau berkata 'Tidak demi Rabb Ibrahim'," Aisyah mejawab "Benar jika marah aku hanya menghindari namanu."

Ibnu Al Qayyim menjelaskan sikap Rasulullah terhadap istrinya adalah bergaul dan berakhlak yang baik. Beliau SAW tak hanya memenuhi kebutuhan lahir istri namun juga memberikan kebutuhan jiwa dengan bercanda, bermesraan, dan memberi perhatian. Nabi SAW pernah berlomba lari dengan Aisyah, biasa bersandar di pangkuan istrinya sambil membaca Alquran. Minum dari bejana yang sama dengan istrinya.

Syekh Yusuf Qaradhawi berkata, syariat tidak melupakan kebutuhan spiritual. Bahkan, tujuan berumah tangga dalam Alquran surah ar-Rum ayat 21 adalah mendapatkan ketenteraman jiwa. Yang hanya bisa dipenuhi dengan tindakan yang menyentuh jiwa. Umar bin Khathab yang terkenal keras wataknya berkata, "Seorang laki-laki jika di depan istrinya bersikap manja seperti anak kecil, ketika mencari penghidupan ia bersikap seperti laki-laki sebenarnya." 

 

 

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement