Kamis 19 Mar 2020 00:47 WIB

Menko Luhut Berencana Buka Peluang Impor Gas Lebih Murah

Menko Kemaritiman sebut Luhut menyebut harga gas dalam negeri tergolong mahal

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah karyawan melakukan imbauan kerja di dalam rumah di salah satu kos-kosan Jalan Pejaten, Jakarta, Rabu (18/3). Pemerintah Pusat menghimbau masyarakat di wilayah terdampak virus corona (Covid-19) untuk melakukan kegiatan pekerjaan di dalam rumah selama 14 hari guna megantisipasi penyebaran Covid-19 di kawasan perkantoran, dan pusat keramaian. Foto : Thoudy Badai(Thoudy Badai/Republika)
Foto: Thoudy Badai/Republika
Sejumlah karyawan melakukan imbauan kerja di dalam rumah di salah satu kos-kosan Jalan Pejaten, Jakarta, Rabu (18/3). Pemerintah Pusat menghimbau masyarakat di wilayah terdampak virus corona (Covid-19) untuk melakukan kegiatan pekerjaan di dalam rumah selama 14 hari guna megantisipasi penyebaran Covid-19 di kawasan perkantoran, dan pusat keramaian. Foto : Thoudy Badai(Thoudy Badai/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah akan membuka peluang impor gas jika ada harga gas yang lebih murah.

Luhut dalam video conference mengatakan harga gas di Indonesia memang termasuk cukup mahal, bahkan pernah mencapai 9 dolar AS per MMBTU, meski saat ini harganya berkisar antara 6-7 dolar AS per MMBTU.

"Maka, malah kita buka peluang ke depan. Misal, Indonesia barat, kalau ada harga gas yang bisa dapat sampai 3 dolar AS per MMBTU, kita impor saja. Jadi nanti gas yang diproduksi di Indonesia timur ya untuk Indonesia timur," katanya, Rabu(19/3).

Dengan opsi seperti itu, Luhut mengatakan biaya produksi gas akan dapat ditekan karena tidak perlu distribusi yang memakan banyak biaya. Menurut dia, dalam kondisi tersebut, pemerintah harus lebih fleksibel dan tidak terkekang pada kebanggaan nasional.