Kamis 19 Mar 2020 06:33 WIB

Menkeu Jepang Sebut Kutukan Siklus 40 Tahun Olimpiade

Taro Aso mengatakan tiap 40 tahun Olimpiade bermasalah.

Menteri Keuangan Jepang Taro Aso (EPA/FRANCK ROBICHON)
Foto: EPA/FRANCK ROBICHON
Menteri Keuangan Jepang Taro Aso (EPA/FRANCK ROBICHON)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri keuangan Jepang Taro Aso menyebut kutukan siklus 40 tahunan Olimpiade menimpa Jepang yang akan menjadi tuan rumah pesta olah raga sedunia itu di Tokyo tahun ini.

"Ini masalah yang terjadi setiap 40 tahun, ini kutukan Olimpiade, itu faktanya," kata Taro Aso, yang juga menjabat wakil perdana menteri, kepada sebuah komite parlemen, Rabu (18/3).

Baca Juga

Pertama, pembatalan Olimpiade 1940. Kemudian, kata dia, boikot Olimpiade Moskow pada 1980. Empat puluh tahun kemudian, Aso mengatakan, Olimpiade Tokyo kembali menjadi kutukan Olimpiade. 

Sambutan Aso ini kian meruncingkan kontroversi pada saat pemerintahannya berusaha keras menepis epidemi virus corona bisa menggagalkan pesta olah raga terbesar di dunia tersebut tahun ini.

Jepang memenangi pencalonan tuan rumah Olimpiade Musim Panas dan Musim Dingin 1940 yang masing-masing semestinya diadakan di Tokyo dan Sapporo, tetapi kedua Olimpiade ini dibatalkan karena Perang Dunia Kedua.

Perdana Menteri Shinzo Abe yang menjadi pemimpin pemerintahan Jepang paling lama berkuasa ini berusaha menyukseskan Olimpiade dan berhasil menarik investasi sebesar 2,3 miliar dolar AS kepada perekonomian negara ini yang sudah stagnan dari pariwisata dan belanja konsumen. Tetapi pandemi virus corona baru memicu seruan untuk mengkaji ulang Olimpiade tahun ini yang dijadwalkan dibuka pada 24 Juli.

Komite Olimpiade Internasional (IOC), bersama dengan komite penyelenggara Tokyo dan pemerintahan Jepang, sudah menyatakan tidak akan membatalkan atau menunda Olimpiade. Padahal perhelatan olahraga akbar lain telah ditunda, termasuk Euro 2020 dan Copa America.

Virus corona baru itu sejauh ini sudah menewaskan lebih dari 8.200 orang dan menginfeksi sekitar 200 ribu orang. Jepang memiliki 1.629 kasus.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement